Anak-anak kelas 4 hari itu ribut sekali. Mereka mendapat tugas kelompok. Setiap kelompok yang terdiri dari 8 orang. Runi, Naura, Keyla, Nia, dan Salsa langsung berkumpul membentuk lingkaran. Kelima sahabat ini sangat ingin tergabung dalam 1 kelompok yang sama.
“Bu Wati, kami 1 kelompok, ya,” pinta Runi.
“Setiap kelompok harus ada anak laki-laki dan perempuan,” ucap Bu Wati.
“Rudi, ayo gabung ke sini,” ajak Keyla.
“Kelompok kita masih kurang 2 orang, lo,” ujar Salsa mengingatkan.
“Bagaimana kalau kita ajak Bayu dan Amir? Jadi Rudi tidak menjadi satu-satunya anak laki-laki,” usul Nia.
“Setuju!” usul itu disambut gembira oleh Rudi. Bayu dan Amir adalah sahabat-sahabat Rudi.
Bu Wati berkeliling kelas untuk membantu pembagian kelompok. Anak-anak yang belum mendapatkan kelompok disatukan dengan anak lainnya sampai berjumlah 8 orang.
“Nah, sekarang kalian Ibu beri waktu untuk berkenalan dengan anggota kelompokmu,” kata Bu Wati dengan lantang.
“Berkenalan? Buat apa? Kami, kan, sekelas. Semuanya sudah kenal,” terdengar bisik-bisik anak-anak kelas 4.
“Iya, Bu, buat apa berkenalan lagi? Kami sudah berteman,” sahut Runi lantang.
“Berkenalan itu tidak hanya sekedar nama. Kalian juga harus tahu apa yang disukai oleh teman-temanmu, apa cita-citanya, dan juga bagaimana pandangan dia terhadap kamu,” ujar Bu Wati.
Seketika itu juga kelas menjadi riuh. Semua anak bercakap-cakap dengan teman sekelompoknya. Walaupun duduk di kelas yang sama dan berteman akrab, ternyata masih banyak hal yang belum mereka ketahui tentang teman mereka. Bahkan masih ada yang belum diketahui Runi tentang Rudi, padahal mereka adalah saudara kembar.
“Aku awalnya tidak ingin menjadi dokter cilik,” ujar Rudi.
“Hah? Masa? Menjadi dokter cilik, kan, impian semua orang,” pekik Runi tak percaya.
Dalam perbincangan itu mereka baru tahu ternyata Keyla, si dokter kecil itu, suka memakan petai. Naura yang suka menyanyi itu dulunya tidak suka berbicara, apalagi menyanyi. Anak-anak di kelompok itu juga baru tahu bahwa Rudi bisa memakan lebih banyak sushi daripada Runi. Mereka juga baru tahu mengapa Salsa sangat ingin menjadi aktris.
Kring! Kring! Kring! Bu Wati membunyikan bel kecil yang dipegangnya. Itu artinya ia meminta perhatian anak-anak.
“Apakah sudah cukup mengenal teman-teman kalian?” tanya Bu Wati.
“Belum, Bu. Waktunya terlalu sebentar,” ujar seorang anak.
“Tadi semua orang bicara sendiri,” terdengar suara anak lain.
“Tadi itu waktunya setengah jam, lo,” sahut Bu Wati.
“O, ternyata lama juga, ya,” gumam Salsa.
“Sekarang waktunya kalian berganti teman. Kalian hanya akan berbicara dengan 1 orang teman. Kalian diberi waktu selama 5 menit. Ada yang berbicara, ada yang mendengarkan. Saat Ibu membunyikan bel, kalian harus berganti dengan teman yang lain. Sudah siap?” kata Bu Wati.
“Siaaap!” jawab anak-anak serempak.
Dalam sekejap kelas itu menjadi sangat berisik. Jauh lebih berisik dari yang awal. Ada banyak yang tertawa. Banyak pula yang mengangguk-angguk mendengarkan temannya.
Kring! Kring! Kring! Waktunya berganti teman bicara. Bu Wati mengingatkan berkali-kali. Ada banyak anak yang masih belum puas bercerita. Ada juga yang segera mencari teman lainnya. Setelah satu jam, Bu Wati meminta semua anak untuk diam.
“Sekarang kalian kembali ke kelompok kalian yang terdiri dari 8 orang. Ibu punya tugas buat kalian,” kata Bu Wati.
Anak-anak kelas 4 segera menuruti apa yang dikatakan Bu Wati. Mereka penasaran tugas apa lagi yang akan diberikan Bu Wati.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR