Pagi itu ada yang berbeda di rumah besar Datuk. Di terasnya ada koper-koper tua yang disusun rapi. Datuk duduk di sampingnya sambil membaca koran.
“Ini koper-koper yang di kamar Datuk, kan?” tegur Rudi.
“Datuk mau pergi, ya? Mau ke mana?” tanya Runi ingin tahu.
“Datuk mau mengunjungi teman-teman lama,” jawab Datuk dengan wajah gembira.
“Wah, pantas saja Datuk senang sekali wajahnya,” ujar Rudi.
“Kalian ikut mengantar, yuk, ke tempat teman-teman Datuk,” ajak Datuk.
Tin! Tin! Terdengar bunyi klakson mobil. Mobil yang akan mengantarkan Datuk sudah datang. Pengemudinya segera turun untuk membantu mengangkat koper-koper Datuk yang antik. Kedua anak kembar itu bersama Datuk dan Bu Dini kemudian duduk di dalam mobil. Runi dan Rudi tertidur dalam perjalanan yang cukup jauh itu.
“Lo, ini di mana?” tanya Rudi ketika terbangun.
Rudi melihat ke sekeliling. Ada taman-taman yang asri dengan bunga-bunga berwarna cerah. Melihat kekaguman Rudi, Bu Dini membuka jendela. Dari celah jendela yang terbuka itu berhembus angin pegunungan yang sejuk. Sejuknya berbeda dengan alat pendingin udara yang ada di mobil. Runi terbangun saat angin sejuk itu mengenai wajahnya.
“Wow, sejuknya!” seru Rudi sambil mengagumi pemandangan sekitar.
Tak lama kemudian, Runi pun melakukan hal yang sama. Kedua bersaudara itu bergantian menyerukan kekaguman melihat alam pegunungan di sekitar mereka. Tak terasa mereka tiba di sebuah bangunan.
“Nah, ini dia tempat teman-teman Datuk. Ayo kita turun,” ajak Datuk.
Baru saja beberapa langkah Datuk berjalan, datang seorang pria tua, kira-kira seumuran Datuk. Pria tua itu memperbaiki letak kacamatanya. Ia memandang Datuk lekat-lekat sebelum berteriak.
“Lihat siapa yang datang, teman lama kita!” teriaknya.
Teriakan itu mengundang banyak orang untuk datang melihat. Ada banyak yang sudah tua, ada juga yang masih muda. Orang-orang itu seperti sudah mengenal Datuk. Mereka mengerumuni Datuk dan menyalami tangannya. Teman-teman Datuk itu kemudian menyajikan teh hangat untuk Bu Dini, Runi, dan Rudi.
“Nah, sekarang kalian bisa tinggalkan Datuk di sini. Jangan lupa untuk menjemput 3 hari lagi, ya,” ujar Datuk.
Setelah bercakap-cakap, Bu Dini pun berpamitan. Runi dan Rudi melihat wajah Datuk sangat bahagia karena bertemu dengan teman-temannya. Perlahan mobil yang mereka tumpangi meninggalkan rumah yang ditinggali teman-teman Datuk itu. Saat melewati bagian depan pagarnya, Rudi sempat melihat papan bertuliskan “Panti Wreda”.
Runi dan Rudi ikut senang saat melihat wajah Datuk yang berbinar-binar. Esoknya mereka menceritakan hal itu kepada teman-teman mereka. Beberapa teman Runi dan Rudi mengenal Datuk sebagai pencerita yang menyenangkan.
“Apaaa? Panti wreda? Itu, kan, tempat tinggal orang tua yang tidak punya keluarga,” ujar Naura saat mendengar cerita Runi.
“Hah? Masa?” tanya Runi tak percaya.
“Kalian, kok, tega meninggalkan Datuk di sana? Padahal Datuk sangat baik pada kalian,” lanjut Naura lagi.
Apa yang Runi dan Rudi lihat kemarin bukan seperti orang-orang yang tidak punya keluarga. Orang-orang di rumah itu malah terlihat seperti keluarga besar yang rukun. Namun, tetap saja Runi dan Rudi memikirkan apa yang dikatakan Naura itu.
“Ma, apa bisa kita jemput Datuk sekarang?” pinta Runi.
“Lo, kenapa? Kan, belum 3 hari. Kamu kangen Datuk, ya?” tanya Bu Dini.
“Iya, Ma. Kita jemput Datuk sekarang saja,” ujar Rudi.
Kedua anak itu kompak mendesak Bu Dini untuk segera menjemput Datuk. Bu Dini akhirnya menuruti keinginan mereka.
“Baiklah. Kita datangi tempat Datuk menginap. Tapi ingat, kalau Datuk belum mau pulang, kita tidak boleh memaksanya,” ucap Bu Dini menenangkan anak-anaknya.
Bu Dini, Runi, dan Rudi kembali melakukan perjalanan ke tempat mereka mengantarkan Datuk kemarin. Kali ini baik Runi maupun Rudi tidak ada yang tertidur. Mereka tidak sabar untuk tiba di sana.
“Datuuuk!” panggil kedua anak itu saat melihat Datuk.
“Datuk mau pulang bersama kami, kan?” Kedua anak itu membujuk Datuk untuk kembali pulang bersama mereka. Mereka juga bercerita tentang apa yang dikatakan Naura.
“Ooo… begitu. Teman-teman Datuk yang tinggal di sini memang ada yang tidak memiliki keluarga lagi. Penghuni rumah inilah yang menjadi keluarga mereka. Datuk juga menjadi keluarga mereka,” ujar Datuk sambil tertawa.
“Ssst…. Datuk sedang menyelidiki kasus hilangnya kacamata berbingkai emas,” bisik Datuk pelan.
Mendengar hal itu, Rudi tersenyum. Rudi dan Datuk suka cerita detektif. Rupanya kali ini Datuk sedang menjadi detektif yang sedang menyelidiki kacamata temannya yang hilang. Mereka pun kemudian meninggalkan Datuk bersama dengan teman-temannya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR