Bunga edelweis dikenal sebagai bunga abadi. Konon, bunga ini punya khasiat tertentu. Sayang, bunga yang tumbuh di pegunungan ini sudah mulai langka.
Hanya Tumbuh di Pegunungan
Edelweis pertama kali ditemukan oleh Georg Karl Reinwardt pada tahun 1819 di lereng Gunung Gede. Kemudian, hasil penemuan itu kembali diteliti oleh seorang ahli botani asal Jerman, Carl Heinrich Schultz.
Dalam bahasa Jerman, bunga edelweis memiliki arti tersendiri. Yaitu Edel berarti mulia dan weis berarti putih. Bunga edelweis memang cantik dan memiliki daya tarik tersendiri bagi para pendaki gunung, khususnya di Indonesia. Yap, bunga ini hanya tumbuh di pegunungan.
Beberapa pegunungan di tanah air yang terkenal dengan bunga abadinya adalah Gunung Gede Pangarango, Gunung Rinjani, dan Gunung Merbabu.
Bunga edelweis punya ciri khas, yaitu kelopak bunga yang berwarna putih dan hanya mekar di April sampai dengan Agustus.
Bunga Abadi
Berbeda dengan bunga lainnya, edelweis tak mudah layu. Di dalam bunga edelweis terkandung hormon khusus yang disebut hormon etilen. Hormon ini dapat mencegah terjadinya kerontokan pada kelopak bunga. Karena itu, edelweis dapat mekar hingga 10 tahun lamanya.
Selain itu, bunga yang tumbuh di sekitar bebatuan atau tumbuh bergerombol ini punya manfaat, lo.
Ekstrak dari bunga edelweis dapat dijadikan sebagai obat. Di peradaban kuno, bunga ini biasanya digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit, seperti diare, disentri, TBC, dan difteri. Ekstrak edelweis juga dapat melindungi kesehatan kulit, mencegah penuaan, dan menyembuhkan luka.
Bunga Langka yang Dilindungi
Walau bunga edelweis sudah mulai banyak dibudidayakan, bunga ini tetap menjadi perhatian utama pemerintah dan dilindungi dengan Undang-undang.
Sebab, bunga ini semakin langka karena ulah para pendaki gunung yang tidak taat terhadap peraturan dan memetik bunga edelweis sesuka hati.
Penulis | : | Eka Kartika |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR