“Pada suatu ketika, terdengar kabar akan terjadi banjir besar! Semua hewan bahu-membahu membangun kapal besar yang dilengkapi dengan semua hal yang mereka butuhkan. Kelompok kelinci belang yang sombong masih saja menolak berbaur. Mereka mengajak kelinci-kelinci belang lainnya untuk membuat kapal sendiri. Tapi Putri Kelinci tidak mau. Ia ingin bergabung dengan hewan-hewan hutan lainnya. ‘Kita tidak bisa hidup sendiri. Dalam kesulitan, kita harus bahu-membahu,’ demikian kata Puri Bulan. Tapi sekelompok kelinci belang yang sombong itu tetap yakin bahwa mereka akan bisa bertahan sendiri. Bayangkan, betapa hebatnya mereka jika bisa. Sudah paling cantik, bisa bertahan sendiri lagi!” Bulan bertutur lembut kepada Netsi.
“ Lalu bagaimana, Bulan?” tanya Netsi.
“Sekelompok kelinci bulan itu memisahkan diri. Mereka bangun kapal mereka sendiri. Berukuran kecil tentunya. Dihias cantik, secantik belang-belang mereka. Namun, Putri Kelinci benar. Dalam kesulitan, semua harus bahu membahu. Mereka memerlukan kemampuan terbang burung, kemampuan berenang ikan-ikan, cacing-cacing kecil untuk menyuburkan tanaman makanan mereka di atas kapal. Singkat cerita, kelinci-kelinci belang itu menjadi lemah dan saat ombak besar menghantam mereka, bam!” Bulan berhenti untuk menarik nafas, membuat Netsi semakin penasaran.
“Terus apa yang terjadi?”
“Mereka terlontar ke dalam air. Untung hewan-hewan hutan yang lain di kapal besar siaga. Burung-burung terbang membawakan mereka tali. Hewan-hewan besar menarik mereka satu per satu. Ikan-ikan dan penyu menyelam ke dalam air dan mengangkat mereka ke permukaan. Akhirnya mereka berhasil diselamatkan. Tetapi, oh, belang-belang kebanggaan mereka menghilang! Lenyap terbawa air banjir ajaib itu. Lenyap bersama kesombongan mereka. Telinga mereka pun memanjang saat ditarik keluar dari air. Dan anehnya binatang-binatang lain yang terpercik air saat menolong mereka, malah jadi memiliki motif pada bulu dan kulit mereka!”
“Tapi kalau bulu mereka jadi polos, kenapa aku dan keluargaku belang-belang begini?” tanya Netsi bingung. Bulan tersenyum, “Karena kamu keturunan langsung Putri Kelinci dan kelinci-kelinci belang yang tidak sombong dan mau berbaur dengan binatang lain di kapal besar.”
Jawaban itu membuat Netsi serasa melayang. Dia keturunan langsung Putri Kelinci!
“Tapi ingat, jangan besar kepala karenanya, ya. Tetaplah jadi Netsi yang ramah pada siapa saja,” ucap Bulan lagi. Netsi mengangguk-anggukan kepala belangnya yang bertelinga pendek. Sekarang, ia malah bangga akan belang dan telinganya!
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pradikha Bestari.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR