“Hei, siapa di situ?”
Tiba-tiba terdengar suara bentakan diiringi dengan sinar senter yang menyoroti mereka. Ternyata itu Pak Damas, juru kunci Museum Bangkalan. Setelah dijelaskan apa yang terjadi, Pak Damas mengizinkan dan akan menemani Tiko bermain gamelan kapan pun dia mau.
* * *
“Tuh, kan, Lus, enggak ada yang namanya hantu!” ucap Cipto dengan nada bangga, seakan baru membuktikan sesuatu yang ilmiah. Mereka sedang dalam perjalanan pulang ditemani Pak Damas.
“Iya, iya, tapi bukan penjahat juga, kan?” sungut Lusi.
Pak Damas mendengar percakapan mereka sambil merenung. Ayah Tiko baru meninggal sebulan yang lalu. Berarti baru sebulan lalu pulalah Tiko rajin memainkan gamelan setiap malam Jumat legi. Sedangkan gamelan itu sudah berbunyi sendiri sejak bertahun-tahun lalu. Siapa pula yang membunyikannya?
“Ting,” di kejauhan sayup terdengar bunyi gamelan.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pradikha Bestari.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR