Tahukah kamu kisah si Bukit Kelam yang terletak di Kalimantan Barat? Kebetulan aku tahu ceritanya. Alkisah, pada zaman dahulu kala ada seorang pangeran yang amat serakah. Dia ingin punya kekayaan tak tertandingi.
Saat itu tersiar kabar bahwa kekayaan tak tertandingi bisa didapat dari harta karun para peri. Di manakah harta karun para peri itu? Letaknya di bawah Bukit Kelam.
Maka, Pangeran Serakah pun pergi menyeberangi samudera menuju Bukit Kelam. Akhirnya tibalah dia di Bukit Kelam itu. Masalahnya, dia tak tahu cara memindahkan Bukit Kelam itu. Beratus ribu prajurit ia kerahkan untuk memindahkan Bukit Kelam, tetapi Bukit itu tak bergeming sedikit pun.
Karena kesal dan tidak sabaran, Pangeran Serakah menancapkan tombaknya di tengah bukit besar itu. Eh, ajaibnya, bukit itu tertawa kecil dan seperti bergetar sedikit. Pangeran Serakah tertegun. Dicobanya sekali lagi, ditusukkannya tombaknya ke tengah bukit dan menggesernya sedikit. Wah, tawa sang Bukit semakin keras, Getarannya pun semaki besar.
Tampaknya, si Bukit kegelian karena ditusuk-tusuk oleh tombak Pangeran Serakah!
Pangeran Serakah pun semakin heboh menggelitik sang Bukit. “Hahahaha…” derai tawa Bukit Kelam amat mengejutkan, suaranya sangat berat. Tak tahan, Bukit Kelam pun menandak-nandak kegelian. Dengan itu, terbukalah lorong menuju harta karun peri yang dijaganya.
“Terima kasih, kamu membuatku tertawa, kamu boleh mengambil harta karun peri, tetapi ingat!” kata Bukit Kelam sambil terus tertawa kegelian, “Kamu cuma boleh mengambil satu harta. Kalau tidak, yang lain nanti tidak kebagian.”
Di depan harta karun peri, Pangeran Serakah kebingungan. Semuanya tampak begitu indah, mahal, dan berkilau-kilau.
Pangeran Serakah tak bisa menentukan pilihan. Akhirnya dia mengambil sebuah kalung berlian penuh kilau dan sebentuk cincin indah. Cincin itu ia sembunyikan di dalam bajunya. Dengan kedua benda itu, Pangeran Serakah berjalan ke luar.
Tiba-tiba dalam perjalanannya ke luar dari bawah Bukit, Pangeran Serakah merasa cincin dalam kantungnya membesar dan membesar, langkahnya terasa berat dan semakin berat, rasanya lorong di bawah Bukit terasa menyempit dan menyempit, kepala Pangeran Serakah pun jadi sakit. Pangeran Serakah memejamkan matanya.
Olala… alangkah terkejutnya pangeran saat ia membuka mata. Ia sudah menjadi sebuah bukit besar! Di depannya berdiri seorang pemuda tampan. “Hai! Terima kasih, ya,” kata pemuda itu dengan ceria.
“Untuk apa kau berterima kasih? Siapa kamu? Kenapa aku jadi Bukit?” tanya Pangeran Serakah, suaranya kini jadi begitu dalam dan berat.
Mulai Sekarang Batasi Konsumsinya, Ini 6 Bahaya Minum Teh Berlebihan untuk Tubuh
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR