Raya begitu gugup menunggu Tabib mulai bicara.
“Raya, kamu adalah salah satu orang yang bisa membantu Ibu Ratu untuk sembuh,” kata Tabib.
“Bagaimana caranya?” tanya Raya.
“Kondisi Ibu Ratu terus menurun karena ia tak mau makan. Seperti apapun obat yang kami berikan, tidak akan berfungsi maksimal jika Ibu Ratu tak mau makan,” kata Tabib.
Sang Tabib lalu menjelaskan penyakit yang diderita oleh Ibu Ratu sehingga semua makanan terasa hambar.
“Jadi. kamu harus membuat makanan untuk Ratu dari bahan yang ia suka, rasa yang kuat, tetapi tidak sampai berbahaya untuk kesehatanya,” kata Tabib.
Malam itu Raya berpikir sangat keras. Sulit sekali tugas ini. Bagaimana ia membuat makanan dengan rasa kuat sedangkan Ratu tidak begitu tahan dengan banyak bumbu. Bisa jadi Ratu sakit perut.
Ia membuka buku-buku di perpustakan istana untuk mendapatkan jawabannya. Ia mempelajari sakit apa yang diderita Ratu. Malam panjang itu dihabiskan Raya di dalam perpustakaan istana.
“Aku harus menyelamatkan Ratu. Harus!” katanya pada diri sendiri.
Satu per satu buku tentang masakan ia ambil. Ia bolak-balikkan halaman, membaca, dan mencari. Ternyata tak semudah itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 pagi. Namun ia tak menemukan resep. Ia pun berjalan, bahkan berlari-lari di dalam perpustakaan agar tidak mengantuk.
Taaanggg!!
Tidak sengaja kaki Raya menyandung kuali. “Ah, kenapa ada kuali di dalam perpustakaan. Kuali kecil itu diletakkan terbalik di atas meja kayu yang pendek,” kata Raya sambil mengusap-usap kakinya yang sakit.
Raya mengangkat kuali yang sepertinya sudah lama sekali. Ternyata di tengahnya ia temukan sebuah buku tua berdebu.
Hok hhok hok! Raya sampai terbatuk-batuk.
Raya membuka buku berdebu itu. Betapa takjubnya ia karena buku itu ternyata daftar resep yang dibuat oleh koki istana terdahulu yang telah meninggal. “Koki istana kesayangan Ratu sejak kecil!” kata Raya karena mengenali nama yang tertera dalam buku.
Ia membaca halaman demi halaman, menemukan daftar resep makanan kesukaan Ratu. Beberapa sudah pernah Raya sajikan sebelum membaca buku itu. Namun, masih ada banyak resep lainnya. Ketika sampai pada lima halaman terakhir, disana tertera …. Suatu Hari Ratu Sakit ….
Sang Koki menceritakan pengalamannya menyediakan makanan saat Ratu sakit. Ia memaparkan satu per satu resep yang ia coba sampai akhirnya Ratu yang sakit kembali makan lahap.
“Salmon Kama Soup! Salmon Kama Soup! Yaaayyy! Salmon Kama Soup!!!” seru Raya sambil menutup buku itu dan membawanya ke dapur.
Saat itu para koki memang tengah bersiap untuk menyiapkan hidangan hari itu. Semua terkejut melihat Raya yang begitu bersemangat.
“Bu Hana, aku sudah tahu makanan apa yang membuat Ibu Ratu mau makan lagi!!! Salmon Kama Soup!” kata Hana kepada Bu Hana dan satu per satu koki yang ada di dapur.
Pagi itu, Raya bergegas pergi ke pasar. Ia ingin memilih sendiri bahan untuk memasak, sama seperti yang dilakukan koki terdahulu.
Dengan kemampuan memasak Raya yang sudah baik, tak butuh waktu lama sampai akhirnya ia dapat menyajikan Salmon Kama Soup.
Siang itu, makanan tersaji di atas meja makan. Ibu Ratu yang sudah pucat dan lemas duduk di salah satu kursinya. Raya begitu gugup dan tak sabar. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, sampai akhirnya ia mengintip dari balik tirai ruang makan.
Ratu mencium aroma sup yang dibuat Raya. Wajahnya seketika berubah lebih segar. Ia mencicip sup itu dan senyumnya mengembang. Ratu dengan lahap menghabiskan Salmon Kama Soup yang disajikan Raya. Sup dengan bahan baku Salmon, sayuran, dengan cita rasa kuah rahasia dari buku berdebu di balik kuali.
“Yay yay yay!!!” seru raya ketika melihat sendokan terakhir Ibu Ratu hingga mangkuk itu bersih tanpa sisa.
Ratu menengok ke tirai dan melihat Raya sedang melompat-lompat bahagia. Raya yang ketahuan langsung berdiri menunduk.
“Tak apa Raya, aku kemari,” kata Ibu Ratu. Raya pun menurut.
“Kamu sudah menemukan resep rahasia di balik kuali. Kamu memasaknya bahkan dengan rasa yang lebih sedap,” kata Ibu Ratu.
“Terima kasih Ibu Ratu. Ini berkat buku itu,” jawab Raya.
“Dan berkat kamu yang begitu berusaha. Terima kasih,” kata Ibu Ratu.
Hari demi hari berlanjut. Kondisi kesehatan Ibu Ratu sudah membaik karena pola makannya sudah kembali seperti semula. Semua orang istana berterima kasih dan memuji Raya. Ia memang koki yang hebat.
Tamat
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR