“Iya. Besok aku pasti ke sini lagi.”
“Kenapa tidak dari dulu kita ke sini?”
“Iya. Tempatnya juga bersih. Aku akan mengajak keluarga dan teman-temanku makan di sini lagi.” Dalam waktu singkat, mi di warung Co Ming habis terjual.
“Hahaha… kalian cerdik, Anak-anak. Hebat! Terima kasih, kalian mau peduli pada warung Paman. Sebagai hadiah, masing-masing akan mendapatkan semangkuk mi, gratis!” kata Co Ming.
“Horeee!!!” sambut anak-anak gembira.
“Tunggu, Paman! Ini baru sehari. Kita masih harus mengatur strategi untuk besok,” kata Sao Chan. Tak lama kemudian, mereka kembali menghadap Co Ming.
“Sudah menemukan strategi baru, Anak-anak?” tanya Co Ming.
“Tentu saja! Begini, Ayah. Setiap hari kami akan bergiliran untuk makan di sini agar warung selalu terlihat ramai. Bukankah Ayah berjanji akan memberi semangkuk mi gratis?” jelas Lui Ming.
Co Ming pun mengangguk-angguk. “Ya…ya… aku mengerti sekarang. Wah, ide hebat!”
Seminggu berikutnya selalu ada teman Lui Ming yang makan di warung mi Co Ming. Mereka membuat warung itu selalu heboh dan ramai. Warung mi Co Ming jadi laris dan terkenal, bahkan lebih laris daripada warung mi Sa Mao.
“Anak-anak, kalian benar-benar hebat!” puji Co Ming ketika anak-anak berkumpul di warungnya. “Bagaimana aku harus berterima kasih pada kalian?”
“Ah, tidak perlu dipikirkan, Paman. Bagaimana dengan semangkuk mi gratis lagi?” goda Sao Chan sambil mengedipkan sebelah mata.
Oooh… Co Ming hanya menggaruk-garuk kepala, diikuti tawa anak-anak yang menggodanya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Veronica Widyastuti.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR