“Tamtam, kamu bener baner lucu!” teriak burung-burung hitam.
“Ciap ciap ciap… Tamtam, kamu kelihatan aneh!” tawa burung-burung gereja sambil menciap bagai paduan suara.
Tamtam menangis semakin kencang. Ia jadi penasaran, seperti apa rupanya kini. Teman-temannya berusaha mematuki cat di bulu-bulunya, tetapi cat itu tidak bisa mengelupas.
“Ooh… ya sudahlah…” desahnya sambil mengusap airmatanya. “Biar saja aku hidup seperti ini…” katanya sedih.
Tamtam lalu terbang ke sebuah kolam terdekat, lalu melihat bayangannya di air kolam. Seketika mata Tamtam terbuka lebar.
“Wuaaah… Sepertinya aku malah terlihat lebih cantik. Buluku kini berwarna biru cerah!” serunya gembira.
Burung-burung hitam lainnya terbang mendekatinya. Mereka tidak yakin kalau itu adalah warna yang cocok untuk Tamtam. Namun, tiba-tiba datang Salju, si merpati putih cantik.
“Wah, aku baru tahu ada burung biru tampan di sini,” kata Salju.
Tamtam sangat gembira. Ia pun berkenalan dengan Salju. Namun, belum lama ia bercakap, tiba-tiba turunlah hujan deras. Seketika bulu-bulu Tamtam menjadi hitam kembali. Cat biru tadi luntur dari tubuhnya. Salju si merpati putih sangat terkejut. Ia menengok sekilas pada Tamtam, lalu terbang menjauh.
Tamtam mendesah kecewa. Namun tak lama kemudian, burung-burung hitam teman-temannya datang mendekat. Mereka gembira karena hujan berhasil membersihkan bulu-bulu Tamtam.
Tamtam kembali berseri. “Untunglah aku punya teman-teman sejati. Teman-teman yang menyukaiku dengan bulu-buluku yang hitam!”
Teks: Chris / Dok. Majalah Bobo
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR