Teman-temannya memberi masukan agar ia beralih menjual berbagai makanan panas. Saat itu uangnya tidak banyak jika ingin mengubah jualannya. Yang dia punya hanya kereta dorong, lagi pula Feltman berpikir bahwa sangat sulit memasak berbagai macam makanan di kereta dorong.
Namun, tidak berapa lama, ia mendapat akal. Feltman akhirnya menjual sosis anjing tekel panas yang dijepit dengan roti supaya tidak memerlukan piring dalam penyajiannya. Sosis itu diisi moster (krim berwarna kuning) serta asinan kol supaya memancing selera pembeli.
Untuk memanaskan sosisnya, ia hanya perlu menggunakan tungku kecil dan panci. Lalu ia pun menamai dagangannya “Frankfurt Sandwiches”. Feltman berhasil karena dagangannya laku keras. Ia pun membuka restoran di tepi pantai tempat pesiar dan menamainya dengan “Feltman’s German Beer Garden”.
Baca juga : Meatzza, Gabungan Burger dan Pizza
Tahun 1916, Franks atau Sosis Tekel yang Dijepit Roti Makin Populer
Karena sudah mempunyai banyak pelanggan, harga franks-nya dinaikkan terus hingga dua penggemar franks bernama Eddie Cantor dan Jimmy Durante menjadi kesal.
Mereka menyarankan agar pembantu Feltman yang bernama Nathan Handwerker untuk berhenti bekerja dan berjualan franks sendiri dengan harga setengah lebih murah dari frakns milik Feltman.
Lalu di tahun 1916, Nathan pun menjual franks buatan istrinya, Ida. Ternyata, para dokter menyukainya, orang-orang lain pun tertarik untuk membelinya. Setelah itu, sosis yang dijepit dengan roti seperti yang dijual Nathan pun semakin populer.
Hot Dog, Terinspirasi dari Teriakan Penjual
Di New York City, ada pengusaha franks lainnya yang bernama Harry Stevens. Ia menyuruh karyawannya untuk menjajakan franks di setiap pertandingan baseball sambil meneriakkan kalimat, “Red-hot dachshund sausages!” yang artinya “sosis anjing tekel yang merah dan panas”.
Nah, suatu hari seorang pelukis kartun ternama bernama Ted Dorgan melihat penjaja sosis itu sedang menerikakkan kalimat tadi. Dari kejadian itu, Dorgan terinspirasi untuk menggambar seekor anjing tekel yang berlumur monster dan dijepit dengan roti.
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR