Sejak dahulu, serigala selalu memangsa domba. Akibatnya, jumlah domba semakin berkurang dan jumlah serigala semakin banyak.
Kini, domba-domba merumput dengan takut di padang rumput. Begitu terdengar langkah serigala, mereka lari mencari persembunyian. Ada yang bersembunyi di kerimbunan bunga. Ada juga yang berlari ke gua tempat tinggal beruang. Beberapa lainnya memanjat pohon tempat burung bersarang.
Kumbang, Burung, dan Beruang merasa terganggu. Mereka memarahi ketua domba.
“Makan siangku terganggu,” gerutu Kumbang.
“Tidur siangku jadi kacau,” keluh Beruang.
“Sarangku rusak,” omel Bruung.
“Ini semua gara-gara Serigala,” sahut Ketua Domba.
Domba-domba itu tetap tak mau meninggalkan kerimbunan bunga, gua, dan pohon. Berunabg, Burung, dan Kumbang pun terpaksa mencari akal. Diam-diam mereka pergi ke sarang serigala dan mencuri bulu-bulu hewan buas itu. Bulu-bulu serigala itu lalu mereka pakaikan pada semua domba.
Kini, semua domba berbulu serigala. Mereka pun dapat merumput dengan aman dan nyaman.
Pada suatu hari, Ketua Serigala menghampiri Ketua Domba yang berbulu serigala.
“Mengapa kamu memakan rumput?” tanya Ketua Serigala heran.
“Karena aku tidak menemukan domba,” jawab Ketua Domba dengan hati berdebar takut.
Ketua Serigala kemudian ikut mengunyah rumput.
“Huek… huek… Astagaaa, makananmu sanagt tidak enak,” kata Ketua Serigala sambil memuntahkan rumput itu.
Ketua Domba jadi kasihan pada Ketua Doba yang disangkanya serigala juga.
Suatu hari, Ketua Serigala berhasil mendapatkan seekor kelinci. Ia lalu membagi daging kelinci itu pada Ketua Domba.
Ketua Domba langsung mual saat mengendus bau daging mentah itu.
“Aku sudah terbiasa makan rumput. Aku tak mau makan daging lagi,” ujar Ketua Domba memberikan alasan.
Ketua Serigala dan serigala lainnya tidak curiga. Mereka akhirnya semakin sulit menemukan domba untuk dimakan. Tak lama kemudian, banayk serigala yang mati kelaparan. Ketua Serigala dan beberapa anak buahnya pun tampak kurus dan lemah. Domba-domba tak takut lagi pada mereka.
“Makanlah rumput, pasti kau sehat sepertiku,” kata Ketua Domba.
Ketua Domba yang setiap hari makan rumput dengan aman dan nyaman itu menjadi gemuk. Sampai-sampai, bulu serigala yang digunakannya tak sanggup lagi menutupi semua tubuhnya.
“Mengapa bulumu memutih?” tanya Ketua Domba.
“Karena akus emakin tua,” jawab Ketua Domba. Ia mulai merasa takut.
“Aku kenal bulu-bulu putih itu,” kata Ketua Serigala dengan curiga.
Ia mendekat dan mengendus-endus.
“Baumu seperti domba,” bisik Ketua Serigala.
Karena takut, Ketua Domba bersiap untuk lari. Namun, Ketua Serigala menarik bulu-bulu serigala yang menutupi tubuhnya yang gemuk itu. Ups! Kini, tampaklah tubuh Ketua Domba yang gemuk dan berbulu putih.
“Ternyata kamu memang domba,” seru Ketua Serigala marah.
Ketua Domba berlari sekencang-kencangnya. Di belakangnya, Ketua Serigala berlari mengejarnya. Mereka berkejaran di kerimbunan bunga-bunga, di gua beruang, sampai di atas pohon.
Akhirnya Ketua Domba dan domba-domb alainnya berlari ke arah rumah manusia. Manusia itu mengusir Ketua Serigala dan menyelamatkan domba-domba itu. Sebagai tanda terima kasih, domba-domba itu memberikan bulu mereka kepada manusia yang menyelamatkannya. Bulu-bulu itu dijadikan mantel dan selimut untuk menahan dingin pada saat musim dingin tiba.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Lena D
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR