Semua burung sedang berkumpul. Mereka saling memberi usul untuk pemilihan raja burung. Lama sekali mereka bermusyawarah, tetapi belum mencapai kesepakatan.
“Bagaimana kalau kita mengadakan pertandingan? Barangsiapa sampai ke awan dan dapat mengambilnya segumpal, dialah yang menjadi raja,” usul Burung Parkit.
“Setujuuuu!” seru yang lain.
“Kalau begitu, pertandingannya kita mulai besok pagi saja.”
Malam itu semua burung beristirahat, kecuali Kolibri. Mereka menyimpan tenaga untuk besok. Bukankah awan itu letaknya jauh sekali dari Bumi? Ribuan bahkan berpuluh ribu kilometer.
Burung Kolibri yang terkenal licik terbang ke sana ke mari. Liat, ia hinggap di sebuah pohon kapas. Ia mengambil sedikit kapas dan meletakkannya di balik sayapnya.
Keesokan harinya, pagi-pagi seklai, semua jenis burung berkumpul. Tak lama kemudian pertandingan pun dimulai. Semua burung berlomba-lomb amenuju ke awan. Seru sekali.
Di tengah perjalanan, Burung Kolibri kelelahan. Ia tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan.
“Hei, Bruung Rajawali, bolehkah aku menumpang di punggungmu?”
“Uh, enak saja. Terbang saja sendiri,” jawab Burung Rajawali.
Burung-burung yang lain terbang terus. Makin lama semakin tinggi. Ada yang mempercepat, ada yang yang emmperlambat terbang mereka. Namun, awan masih jauh sekali.
“Aduh, aku ellah sekali. Aku menyerah kalah,” ujar Burung Perkutut.
“Iya, aku juga,” kata Burung Beo.
“Aku juga, ah,” seru burung-burung lain bersahutan.
Satu epr satu burung-burung itu kembali ke Bumi. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Burung Kolibri yang masih beristirahat.
“Mengapa kalian pulang?” tanya Burung Kolibri.
“Kami lelah sekali. Kami mau kembali ke Bumi saja,” sahut mereka serempak.
Burung Kolibri menunggu beberapa saat. Tak lama kemudian, ia menyusul teman-temannya kembali ke Bumi.
“Kawan-kawan, inilah awanyang diusulkan oleh Burung Parkit. Nah, mulai sekarang akulah yang menjadi raja segala burung,” kata Burung Kolibri dengan sombong.
Burung-burung yang lain mengamati benda itu.
“Ah, tak mungkin. Itu pasti bukana wan. Mana mungkin ia mampu sampai ke awan,” ujar mreka tak percaya.
“Pasti dia bohong!” sahut Burung Merpati tak percaya.
“Lo. Ini, kan, kapas!” seru Burung Pipit yang sarangnya berada di dekat pohon kapas.
“Penipu! Hush! Hus,” usir burung-burung itu.
Burung Kolibri segera terbang dan bersembungu di sebuah lubang di pohon mangga. Burung Hantu yang bermata besar dan tajam ditugaskan untuk menjaga Burung Kolibri. Satu jam, dua jam, Burung Hantu masih dapat menahan kantuknya. Setelah beberapa jam, Burung Hantu tertidur.
“Burung Hantu, mana Burung Kolibri?” tanya Burung Gagak dan Burung Rajawali.
“Ada di lubangnya,” jawab Burung Hantu sambil mengintip ke dalam lubang. Namun, Burung Kolibri tidak ada.
Ternyata Burung Kolibri melarikan diri saat Burung Hantu tertidur.
Burung-burung lain marah keran Burung Hantu tidak bertugas dengan baik. Mereka sepakat untuk menghukum Burung Hantu. Kasihan sekali. Buurng Hantu segera terbang menghindari patukan teman-temannya. Ia bersembunyi di sebuah gua kecil Baru pada malam harinya ia mencari makan. Pada saat malam, teman-temannya semua telah tertidur.
Gara-gara pemilihan raja burung, Burung Hantu hingga kini mencari makanan pada malam hari.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Cis.
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR