Bagian 1
Raja Gabor dan permaisurinya sangat kaya raya. Mereka memiliki semuanya kecuali seorang anak. Setelah menanti selama dua belas tahun, sang permaisuri akhirnya melahirkan seorang putra. Namun sayang, kesehatan permaisuri semakin memburuk.
Sebelum permaisuri meninggal dunia, ia berpesan pada suaminya,
“Ketika aku masih muda, rakyat di negeriku selalu memujiku. Katanya, aku lebih cantik dari para peri. Peri Zigana yang cantik tapi jahat, sangat marah waktu mendengar pujian itu. Dia lalu mengutuk aku. Katanya, ia akan mengambil anakku di saat anakku menginjak tanah.
Jadi ingatlah suamiku… Jangan sampai putera kita menginjak tanah dengan kakinya. Kalau itu terjadi, kekuatan Peri Zigana akan menyakitinya…”
Itulah pesan terakhir permaisuri. Raja Gabor sangat sedih kehilangan istrinya yang tercinta. Ia pun merawat puteranya dengan baik dan menamakannya Pangeran Atila.
Anak laki-laki itu selalu digendong pengasuhnya agar kakinya tidak menginjak tanah. Ketika ia tumbuh besar dan semakin berat, maka dibuatlah kursi roda. Dengan kursi itu, Pangeran Atila bisa pergi ke taman tanpa bantuan pengasuhnya.
Karena kurang bergerak, tabib istana menyuruh Pangeran Atila untuk berolahraga berkuda. Hari demi hari ia berlatih sehingga akhirnya menjadi pengendara kuda yang hebat. Setiap pergi berkuda, ia selalu didampingi pengawal-pengawal kerajaan.
Pangeran Atila sangat suka berkuda. Ia selalu berkuda melewati ladang dan hutan, lalu kembali ke istananya dengan selamat. Bertahun-tahun ia melakukan hal ini sampai ia tumbuh menjadi dewasa. Dan seiring dengan berlalunya waktu, warga istana mulai melupakan pesan permaisuri.
Suatu hari, Pangeran Atila ikut serta dalam rombongan pemuda bangsawan yang berburu ke hutan. Mereka melalui sebuah aliran sungai yang tepiannya ditumbuhi pohon-pohon besar. Saat mereka melewati tepian sungai itu, tiba-tiba muncul seekor kelinci yang terkejut mendengar derap kaki kuda.
Kelinci itu berlari ke semak-semak. Pangeran Atila mengejar kelinci itu dan hampir berhasil menangkapnya. Namun tiba-tiba saja pelananya sobek menjadi dua bagian dan ia terjatuh ke tanah.
Tak lama setelah kakinya menyentuh bumi, Pangeran Atila menghilang di depan mata teman-teman dan para pengawal yang menyertainya. Semua menjadi ketakutan. Mereka mencari Pangeran Atila di seluruh pelosok hutan, namun tidak menemukan dia.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR