katanya lagi sambil menunjukkan isi tasnya.
Di tas Danish memang tak ada apa-apa lagi kecuali sepotong roti dan serulingnya.
Tangan Putri Delila tiba-tiba meraih seruling itu dan mengeluarkannya dari tas Danish.
“Apa ini?”
“Itu seruling yang aku mainkan tadi,” kata Danish. Ia mengulurkan tangannya untuk mengambil seruling itu lagi.
Namun Putri Delilah mundur dan menyembunyikan seruling itu di belakang punggungnya. Ia berkata,
“Kalau kau tak mau memberi tahu tempat bunga yang terindah di hutan, aku akan ambil seruling ini darimu!”
Putri yang tak pernah puas itu lalu berlari masuk ke dalam kastilnya.
Apa yang bisa dilakukan Danish si gembala kecil itu? Ia hanya berdiri terdiam dengan hati yang sangat sedih. Ia menangis karena merasa jiwanya dicuri.
Kini, ia tak akan pernah bisa memainkan serulingnya lagi. Tak ada yang bisa membuat dia bahagia lagi. Sambil terus menangis, Danish melangkah mengikuti kemana kakinya bergerak. Kini ia tiba di sebuah lembah. Air matanya terus menetes bagaikan embun.
Sampai hari ini, air mata Danish itu masih bisa dilihat. Saat berjalan ke hutan, kita bisa melihat bunga-bunga lili di lembah. kau akan melihat sendiri ke dalam hutan untuk memetik lili lili dari lembah. Bunga itu berasal dari air mata Danish si gembala kecil.
Teks: Dok. Majalah Bobo / Dongeng Eropa
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR