Danish adalah seorang gembala kecil yang sebatang kara. Ia tak punya apapun dan siapapun, kecuali sebuah seruling ajaib. Seruling itu sangat berarti bagi Danish. Itulah harta satu-satunya yang dimilikinya.
Setiap kali ia memegang seruling itu, ia akan lupa kalau ia tak punya ayah dan ibu. Ketika ia meniupnya, ia akan lupa kalau ia lapar dan haus. Ketika ia memainkannya, hutan menjadi sunyi dan semua hewan akan berhenti berlari. Semua domba yang sedang dijaganya juga akan diam mendengarkan alunan serulingnya. Seruling ajaib itu bahkan bisa membuat semua domba yang lari berbalik kembali padanya.
Danish bertugas menjaga domba-domba milik Raja. Setiap pagi, ia membawa ternak Raja ke padang rumput. Sore harinya, saat akan kembali, ia selalu menyematkan sekuntum bunga di topinya. Bunga itu adalah bunga yang tak ada di taman Raja.
Lama-kelamaan, Putri Delila memerhatikan bunga-bunga yang tersemat di topi Danish itu. Putri raja itu sangat cantik dan Danish suka melihatnya. Putri Delila juga suka melihat Danish, karena ia tertarik pada bunga di topi Danish.
Suatu hari, Putri Delila diam-diam keluar dari istana. Tak ada yang melihatnya. Ia pergi ke padang rumput dan melihat si gembala sedang memainkan seruling di bawah pohon. Semua hewan duduk dengan tertib mendengarkan musik Danish. Putri Delila juga akhirnya ikut diam mendengarkan alunan seruling yang indah.
Danish akhirnya sadar kalau Putri Delila ada di situ. Ia menjadi malu dan berhenti bermain seruling. Ia membungkuk sopan pada Putri Delila dan menyimpan serulingnya di dalam tas.
“Putri, ada yang bisa aku bantu? Mengapa Putri ada di padang rumput sendirian?” tanya Danish.
“Aku ingin punya bunga seperti yang tersemat di topimu setiap hari. Dimana tumbuhnya?” tanya Putri Delila galak.
“Jauh di dalam hutan, Putri,” kata Danish si gembala kecil. “Kalau Putri mau, aku akan memetikkan sebanyak yang Putri inginkan.”
Putri Delila menggelengkan kepala. “Aku akan petik sendiri,” katanya. “Bawalah aku ke sana.”
“Tapi tempat itu sangat jauh, Putri,” kata Danish. “Semakin jauh ke dalam hutan, semakin banyak dan tajam semak berdurinya.”
Akan tetapi Putri Delila tak peduli.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR