“Kau terlambat berbunga, bunga apel kecil. Kau akan pernah menjadi buah apel, karena musim gugur sudah datang dan angin akan menerbangkan bungamu dari taman ini…”
Tukang taman akhirnya memetik bunga itu agar terlindung dari angin dingin. “Hidupmu akan lebih lama kalau kuletakkan di vas bunga di rumahku,” gumam si tukang taman.
Dan, itulah yang terjadi. Bunga apel memang hidup lebih lama setelah diletakkan di vas bunga dekat jendela rumahnya.
Namun suatu hari, tukang taman mengalami hal yang aneh. Suatu hari, ia pulang ke rumahnya setelah seharian mengurusi taman istana. Ketika masuk ke rumahnya, ia menyadari ada seseorang yang merapikan rumahnya, mencuci piring dan gelas, merapikan tempat tidur, dan menyiapkan makan malam.
Pondok si tukang taman tertutup setiap hari. Tak ada yang bisa masuk. Tukang taman menjadi sangat heran dan mencari siapa yang masuk ke dalam rumahnya. Namun tak ada seorang pun di dalam rumahnya.
Esok harinya, kejadian itu terjadi lagi. Rumahnya sudah rapi sekali. Semua benda diletakkan pada tempatnya. Namun, lagi-lagi tak ada seorang pun di dalam rumahnya.
Pada hari ketiga, tukang taman menjadi penasaran. Ia sembunyi di balik jendela di halaman rumahnya. Dari situ ia bisa melihat ke dalam rumah. Dan tiba tiba ia melihat kelopak bunga apel jatuh ke lantai. Begitu menyentuh lantai, kelopak bunga itu berubah menjadi gadis cantik.
Gadis itu bekerja dengan sangat cepat dan rapi. Ketika gadis itu sudah lelah bekerja, si tukang kebun membuka pintu rumahnya. Gadis itu seketika berteriak, “Air! Air!”
Saat itu, tukang kenbun sedang memegang gembor yang biasa ia gunakan untuk menyiram tanaman. Maka, ia segera menyiram gadis itu dengan air dari gembor, dari kepala sampai kaki. Gadis itu berteriak gembira, “Terimakasih, Kakek! Kau telah selamatkan hidupku! Tapi, tolong berikan aku baju ganti. Bajuku basah!”
Tukang kebun segera memberikan gadis itu baju-baju milik istriknya yang telah meninggal. Ia lalu lari ke kastil dan menceritakan hal itu pada Raja Alger.
“Yang Mulia, datang dan lihatlah! Di rumahku, ada seorang gadis yang sangat cantik mengunjungi aku!”
Raja Alger sangat terkejut mendengar cerita itu. Ia bergegas pergi ke rumah tukang kebunnya. Raja Alger berdiri di depan rumah tukang kebunnya dan menatap tak percaya. Di depan pondok itu, berdirilah Blossom, si gadis dari buah apel.
“Blossom, kenapa kau bisa berada di sini? Apakah itu bukan kau, yang ada di istanaku?” tanya Raja Alger bahagia.
Blossom segera menceritakan segala yang terjadi padanya. Bahwa Bertha si penyihir telah mendorongnya masuk ke dalam sungai, lalu memakai jubah Raja Alger. Blossom kemudian berubah menjadi merpati, namun Bertha kembali mengalahkannya dengan menyuruh pemburu menembaknya.
“Merpati putih itu adalah aku. Darahku tumbuh menjadi pohon apel yang dahannya sampai ke jendela kamarmu. Kini aku selamat berkat pertolongan tukang kebunmu. Tapi kedua saudaraku masih menjadi merpati putih. Mereka entah ada dimana. Kami bertiga adalah tiga puteri raja yang disihir Bertha. Sihirnya akan hilang kalau ia berhasil dikalahkan.”
Pada saat itu, terbanglah dua ekor merpati putih dan hinggap di pundak Blossom. Mereka adalah kedua kakak Blossom. Mereka gembira melihat adik mereka telah menjadi manusia lagi.
Raja Alger lalu melamar Blossom untuk menjadi ratu dan memimpin kerejaan bersamanya. Raja Alger memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Bertha si penyihir. Bertha berusaha lari, namun pemburu kerajaan memanahnya. Seketika, Bertha berubah menjadi asap dan hilang lenyap di udara.
Pada saat yang sama, kedua kakak Blossom berubah menjadi manusia lagi. Mereka gembira karena bisa hadir dalam pernikahan Blossom dengan Raja Alger.
Teks: Dok. Majalah Bobo / Adaptasi dongeng Eropa
Cara Bersikap terhadap Barang yang Dipakai, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR