Bobo.id – Sudah sejak lama daerah Krui di Lampung dikenal sebagai penghasil getah damar.
Getah damar yang dihasilkan adalah damar mata kucing, yang disadap dari pohon damar atau Agathis dammara.
Menyadap Damar
Pohon damar mudah dikenali karena pohonnya besar, tegak lurus, dan menjulang tinggi.
Kalau pada batang pohon terlihat ada lubang takikan, bisa dipastikan itu adalah pohon damar.
Lubang takikan itu sengaja dibuat agar pohon damar mengeluarkan getah berwarna bening.
BACA JUGA : Tahukah Kamu dari Mana Kacang Almond Berasal? Ini Pohonnya
Getah yang keluar dari pohon dibiarkan selama 10 hari, agar mongering dan mengkristal.
Setelah itu baru bisa dipanen. Setelah getah damar diambil, lubang bisa ditakik lagi agar getah bisa keluar lagi.
Pohon-pohon damar mudah ditemukan di daerah Pahmungan, Karya Panggawa, Ngambur, dan Bengkunat.
BACA JUGA : Anjing Ini Terjebak di Pohon Selama 20 Tahun dan Akhirnya Menjadi Mumi
Pohon Harta
Bagi masyarakat Krui, pohon damar adalah pohon harta. Selain bisa menghasilkan getah terus menerus, pohon damar juga bisa diwariskan turun temurun.
Pohon damar yang bisa disadap getahnya adalah pohon yang sudah besar dan tua.
Pohon damar tua, yang sudah berumur 20 sampai 40 tahun, dapat menghasilkan damar 10 kg setiap kali panen.
BACA JUGA : Yuk, Pilih Satu Pohon Harapanmu dan Lihat Apa Hasilnya!
Manfaat
Getah damar ini disebut mata kucing karena berbentuk Kristal bening seperti mata kucing.
Pada zaman dulu. Getah damar digunakan sebagai bahan untuk memakai (menutupi celah-celah papan) perahu dan keranjang, untuk membatik, serta dibakar untuk lampu penerangan.
Sekarang, getah damar digunakan dalam industri untuk bahan kosmetik, tekstil, pabrik cat, tinta, kaca, korek api, dupa, dan lainnya.
BACA JUGA : Pohon-pohon Unik di Dunia
Banyak pohon damar berdiri tegak dan tumbuh lestari di daerah Krui.
Semua itu berkat kepatuhan warganya dalam menjaga nilai-nilai adat, yaitu pantang menebang pohon damar sembarangan.
Juga harus menanam dua pohon damar untuk menganti pohon yang mati atau tumbang.
(Teks : Sigit Wahyu/Majalah Bobo)
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR