“Boleh, boleh…”
“Karena ada resep rahasia dari Nenek, ya, Mak? Kan kata Emak, nenek juga pintar memasak,” jawab Adi.
“Hmmm… benar juga sih. Tapi apa resep rahasianya?” tanya Emak lagi. Adi pun diam lagi dan berpikir.
“Itu Di yang kamu siram setiap hari di kebun,” kata Emak.
“Ah, cabai?” tanya Adi. Emak mengangguk.
“Ohhh… Adi mengerti!” seru Adi.
“Ternyata karena cabainya kita tanam dan rawat sendiri, ya, Mak. Kita siram dan beri pupuk alami, tidak pakai pestisida,” kata Adi.
“Betul Adi! Ada lagi tidak yang Adi ingat?” tanya Emak lagi.
“Cabainya dipilih yang masih segar, lalu dicuci bersih sebelum ditumbuk,” jawab Adi.
“Betul lagi Adi! Kemudian, saat sambal dibuat, Emak tidak pakai bahan-bahan penyedap yang tidak alami. Emak pakai rempah dan garam saja,” jawab Emak.
“Jangan lupa tersenyum juga saat membuat sambal, hihihi,” tambah Adi.
Emak dan Adi pun tertawa bersama.
"Makanan yang dibuat dari bahan alami apalagi dari kebun sendiri, dan dicuci bersih sebelum diolah, pasti akan segar dan enak, Di!" kata Emak.
“Mak, apa ini rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain?” tanya Adi.
Emak menggeleng. “Siapapun boleh tahu tentang ini Adi. Tidak boleh pelit untuk berbagi ilmu. Kan kalau banyak yang mau menanam cabai sendiri di rumah, lingkungan kita disini jadi lebih asri,” jawab Emak sambil tersenyum.
“Emak memang hebat dan baik hati!” kata Adi. Ia sangat sayang dan bangga dengan Emak.
Tamat
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR