Bobo.id – Tadi pagi, Gunung Merapi di Magelang meletus.
Letusan Gunung Merapi itu termasuk letusan tipe freatik.
Kita cari tahu lebih banyak tentang letusan tipe freatik, yuk!
BACA JUGA: Mengenal 4 Tingkatan Status Gunung Berapi di Indonesia
Air dan Magma
Magma di dalam perut gunung bisa bersuhu 500 – 1.170 derajat Celcius. Saat bertemu dengan air, magma panas itu akan mengubah air menjadi uap.
Uap ini akan membuat tekanan yang tinggi di dalam perut gunung. Saat tekanan uap semakin tinggi, uap air akan meletus ke luar.
Nah, letusan inilah yang disebut dengan letusan tipe freatik. Letusan ini bisa terjadi kapan saja pada gunung berapi aktif.
O iya, letusan tipe freatik biasanya hanya terjadi sesaat. Beberapa gunung berapi di Indonesia sempat mengalami letusan ini, salah satunya Dieng.
BACA JUGA: Inilah 5 Tipe Erupsi Gunung Berapi
Tidak Seberbahaya Letusan Biasanya
Letusan tipe freatik biasanya mengeluarkan uap panas dan partikel kecil yang ada di dalam perut gunung, seperti pasir dan debu.
Jika dibandingkan dengan letusan biasa, letusan tipe freatik tidak terlalu berbahaya, karena tidak mengeluarkan awan panas dan lahar.
Awan panas dan lahar yang dikeluarkan dalam letusan gunung berapi sangat berbahaya dan bisa memakan korban jiwa cukup banyak.
BACA JUGA: Apa yang Keluar dari Gunung Berapi saat Meletus?
Tetap Waspada
Meski tidak seberbahaya letusan biasanya, kita tetap harus hati-hati dengan letusan tipe freatik. Kenapa?
Letusan tipe freatik bisa menyebabkan gas beracun yang ada di dalam perut gunung keluar dan meracuni penduduk sekitar.
Pada tahun 1979 misalnya, terjadi letusan tipe freatik di Dieng. Letusan ini mengeluarkan gas beracun yang menewaskan 140-an orang.
BACA JUGA: Gunung Berapi, Ditakuti tapi Dibutuhkan
O iya, letusan tipe freatik juga bisa membuat batuan di dalam perut gunung terlempar keluar. Hal ini pernah terjadi di Gunung Kilauea, Hawaii.
Letusan tipe freatik yang terjadi di Gunung Merapi tadi pagi tidak memakan korban jiwa. Letusan itu hanya mengeluarkan debu.
Menurut BNPB, debu yang keluar bisa menyebar ke bebagai arah, tergantung ke mana angin bertiup.
Foto: BNPB Indonesia
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR