Bobo.id – Bali terkenal dengan pantai-pantainya yang indah. Selain itu, Bali juga terkenal dengan sawahnya yang memesona.
Salah satunya adalah hamparan sawah di daerah Jatiluwih.
Di Jatiluwih, sawah-sawah masih terjaga dan lestari karena didukung kearifan lokal, khususnya budaya subak.
BACA JUGA : Mau Hidup Panjang Umur? Yuk, Biasakan Bangun Pagi! Ini Penjelasannya
Jatiluwih sebagai Tujuan Wisata
Jatiluwih banyak dikunjungi oleh wisatawan karena suasananya tenang, udaranya dingin, dan panoramanya indah.
Jatiluwih sebagai tujuan wisata alam di Bali telah dikenal sejak zaman kolonial Belanda.
Jarak dari Denpasar ke Jatiluwih sekitar 48 km.
Jatiluwih terletak di bagian utara Kota Tabanan.
Jaraka dari Tabanan, sekitar 28 km.
Udara di Jatiluwih cukup sejuk karena terletak di daerah pegunungan dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
Di Jatiluwih, kita bisa menikmati keindahan pemandangan sawah yang membentang dari kaki pegunungan sampai sisi pantai.
Sebagai obyek wisata, Jatiluwih menyediakan fasilitas umum, seperti area parkir, toilet, tempat istirahat berupa bale dan wantilan, juga restoran.
BACA JUGA : Mengenal Penyakit Lupus, 'Penyakit Seribu Wajah' yang Berbahaya
Jatiluwih sebagai World Heritage Sites
Jatiluwih merupakan bahasa Bali. Jati berarti benar-benar dan luwih berarti utama, baik, dan indah. Jatiluwih berarti keindahan yang sebenarnya.
UNESCO telah menetapkan situs Jatiluwih sebagai salah satu Situs Warisan Dunia pada tanggal 26 Juli 2012.
Lembaga dunia ini telah menilai, bahwa masyarakat Jatiluwih telah mampu mempertahankan warisan budaya lokal dalam bentuk sistem irigasi air yang dikelola secara tradisional atau dikenal dengan nama “subak”.
Jatiluwih juga terkenal dengan sistem pertanian organik yang ramah lingkungan.
Padi yang ditanam di sini merupakan padi lokal yang berbeda dengan padi yang ditanam di daerah lain di Bali. Padi di Jatiluwih lebih tinggi dari pada padi lainnya.
BACA JUGA : Penelitian Terbaru: Kesehatan Otak Bisa Dilihat Melalui Kepalan Tangan
Warisan Sejarah dan Budaya di Jatiluwih
Selain potensi alam, Jatiluwih juga menyimpan potensi budaya, terutama sejarah keberadaan Pura Petali.
Pura ini berhubungan dengan kekuasaan Ida Dalem Waturenggong Raja di salah satu kerajaan di Bali, yaitu Keraton Gelgel (1460-1552).
Selain sawahnya yang indah, Jatiluwih juga menyimpan daya tarik upacara keagamaan yang unik, yaitu upacara Patirtaan di Pura Petali, setiap Rabu Kliwon Ugu (Berdasarkan Kalender Bali).
Penduduk setempat percaya bahwa Pura Petali merupakan pusat pemujaan para Hyang Widhi Wasa (Tuhan) sebagai kekuatan pertanian.
Selain Pura Petali, ada juga Pura Pucak Rsi yang juga terletak di daerah ini.
BACA JUGA : Ini Dia Penyebab Biduran yang Sering Tidak Kita Sadari
Februari - April
Kalau kamu ingin menikmati keindahan pemandangan di Jatiluwih, waktu terbaiknya antara bulan Februari sampai April.
Pada waktu itu, tanaman padi sudah tumbuh tinggi dengan warna hijau atau bahkan padi mulai menguning.
Sebaiknya kamu memilih waktu sekitar pukul 08:00 sampai sore hari, sekitar pukul 17:00, karena pada jam-jam tersebut kita bisa langsung bertemu petani yang sedang bekerja di sawah.
(Teks : Putri Puspita)
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR