Ritual Pembuatan Kapal Pinisi
Pembuatan kapal pinisi mengikuti aturan tertentu yang disebut ruling.
Kayu untuk membuat kapal pinisi biasanya dikumpulkan pada tanggal 5 dan 7 yang masing-masing memiliki arti tertentu.
Angka 5 artinya rezeki yang sudah ada di tangan.
Angka 7 berarti selalu mendapatkan rezeki.
Kayu-kayu itu kemudian dipotong dan dirakit menjadi kapal.
Setiap tahap pembuatannya disertai dengan ritual tertentu.
Ritual terakhir adalah saat kapal meluncur ke laut.
BACA JUGA : Mengenal Sistem Sonar Lumba-lumba yang Unik, Sampai Manusia Menerapkannya pada Pembuatan Radar Kapal Selam
Kapal Putera Mahkota
Catatan tentang kapal pinisi tercatat dalam naskah lontar La Galigo pada abad ke-14.
Diceritakan, kapal pinisi pertama kali dibuat oleh Pangeran Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu.
Kapal itu digunakannya untuk meminang Putri We Cudai ke Negeri Tiongkok.
Setelah beberapa tahun tinggal di Tiongkok, Pangeran Sawerigading kembali ke Luwu menggunakan kapal pinisinya.
Menjelang masuk ke perairan Luwu, kapal itu diterjang ombak besar sampai terbelah menjadi 3.
Bagian-bagian kapal itu terdampar di desa Ara, Tanah Beru, dan Lemo-Lemo.
Penduduk ketiga desa itu kemudian menyatukan dan merangkai keping-keping perahu itu sehingga kembali berbentuk kapal.
BACA JUGA : Bangkai Kapal di Selat Sunda dan Fakta Lainnya
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR