Bobo.id - Pulau Peucang terletak di Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten.
Pulau Peucang sering kali disebut sebagai surga yang terpencil di tepi barat Pulau Jawa.
Wah, kenapa bisa disebut seperti itu, ya? Yuk, kita cari tahu!
BACA JUGA: Vadhoo Island, Sebuah Pulau Indah dengan Laut Bertabur Bintang
Peucang
Nama peucang sendiri diambil dari bahasa Sunda.
Peucang adalah sejenis kijang yang menghuni pulau tersebut.
Pulau Peucang sangat indah, dengan dikelilingi oleh pantai berpasir putih yang lembut, air laut yang biru dan jernih.
Di sana juga terumbu karang yang masih indah yang membuat orang ingin datang dan mau berlama-lama di sana.
Pulau Peucang memiliki luas 450 hektar dan dihuni oleh beberapa jenis hewan penghuni hutan.
Ada monyet, babi hutan, biawak, burung enggang, elang laut, dan kijang.
Di Pulau Peucang, kita juga dapat melakukan aktivitas trekking, berperahu, mengayuh kano, snorkling, berkemah, hingga mengamati satwa.
Karena memiliki beragam flora dan fauna, UNESCO telah menetapkan Pulau Peucang sebagai salah satu situs alam warisan dunia.
Maka itu, kita harus menjaga dan melindungi Pulau Peucang.
BACA JUGA: Asal Mula Nama Pulau Lombok, Ternyata Tidak Ada Hubungannya dengan Cabai
Karang Copong
Lokasi Karang Copong ditempuh dengan membelah Pulau Peucang dengan melakukan trekking selama satu jam.
Jalan yang dilalui berupa tanah datar dan dikelilingi oleh pohon-pohon besar dengan akar-akarnya yang malang melintang.
Konon jika air pasang, wilayah tersebut tertutup dengan air laut.
Biasanya wisatawan pergi ke Karang Copong untuk menikmati matahari terbenam.
BACA JUGA: Mengapa Socotra Dijuluki Pulau Alien?
Padang Savana Cisadon
Tidak perlu jauh-jauh ke Afrika kalau ingin melihat savana.
Jika ingin melihat hamparan padang savana nan luas, padang Cisadon tempatnya.
Padang rumput Cisadon memiliki luas empat hektar.
Untuk sampai di sana, kita harus menempuh perjalanan selama 20 menit menggunakan kapal dari Pulau Peucang.
Lalu kita harus berjalan kaki selama 15 menit dari bibir pantai.
Di hamparan padang padang rumput, kita bisa menyaksikan kawanan banteng yang sedang merumput.
Selain kawanan banteng, di padang rumput Cisadon, kita bisa menyaksikan merak dan rusa.
Kalau beruntung, kita juga bisa menyaksikan hewan langka badak jawa.
BACA JUGA: Sedih! Pantai dan Pulau di Thailand Ditutup Karena Kerusakan Lingkungan
Menara Pengawas
Di padang rumput Cisadon terdapat menara pengawas.
Menara ini sengaja dibuat untuk memantau dan menyaksikan kawanan hewan tersebut dalam jarak yang aman dan tidak mengganggu.
Sebab di lokasi ini, para pengunjung dilarang membuat keributan atau bersuara yang keras karena dapat mengganggu aktifitas hewan-hewan tersebut.
BACA JUGA: Pulau Ini Dihuni oleh Ribuan Ular
Perjalanan
Untuk sampai di Pulau Peucang di Taman Nasional Ujung Kulon, kita bisa memulai perjalanan dari Jakarta dengan jarak tempuh sekitar lima jam.
Dengan angkutan umum, kita bisa naik bus dari terminal Kalideres menuju ke Pandeglang dan diteruskan ke Labuan.
Setelah itu dilanjutkan menuju Dermaga Sumur.
Dari Dermaga Sumur, kita bisa meneruskan perjalanan dengan kapal sewaan nelayan yang memakan waktu hingga tiga jam.
Namun, waktu tiga jam tidak terasa lama sebab selama perjalanan mata kita akan disuguhi pemandangan pulau-pulau sekitar yang sangat indah.
BACA JUGA: 2 Pulau di Wilayah Indonesia, Dijual di Situs Online!
Pulau Kosong
Pulau Pucang adalah pulau yang tidak berpenghuni alias kosong.
Sebelum bermalam di pulau ini, kita wajib membawa persediaan air bersih yang cukup, sebab stok air bersih di pulau ini sangat terbatas.
Untuk urusan makan, biasanya beberapa penyelenggara perjalanan telah bekerja sama dengan para istri nelayan untuk mempersiapkan makanan.
Meskipun pulau ini kosong, kita wajib menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Selain mejaga kebersihan, kita harus berhati-hati jika ingin makan di tempat terbuka.
Itu karena babi hutan dan monyet liar berani untuk mendekati dan mengambil makanan pengunjung.
BACA JUGA: Inilah 5 Pulau Terindah di Dunia. Salah Satunya Indonesia, lo!
Teks: Syanne Ayuresta
Lihat video ini juga, yuk!
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR