Bobo.id - Boneka identik dengan mainan anak-anak perempuan, walaupun anak laki-laki juga boleh memainkannya.
Namun, tahukah teman-teman? Ternyata boneka sudah ada sejak tahun 3000 Sebelum Masehi.
Konon, sampai abad ke-14 fungsi boneka masih identik dengan ritual.
Kalau begitu, sejak kapan boneka mulai menjadi mainan?
BACA JUGA: Jika Tangan Kirinya Diputar, Ekspresi Wajah Boneka Lama Ini Berubah!
Abad ke-15 di Jerman
Ternyata pada abad ke-15, boneka baru mulai menjadi barang komersil yang diperjualbelikan.
Fungsinya pun bergeser dari ritual menjadi mainan anak-anak.
Dalam sejarah tercatat, pembuat boneka secara komersial pertama berada di Jerman.
Penampilan boneka-boneka yang diproduksi di Jerman pada masa itu umumnya seperti perempuan Jerman sesungguhnya.
Boneka ini terbuat dari kayu, tanah liat, dan potongan kain.
Bahan dan mutu boneka terus diperbaiki. Pabriknya pun tidak hanya di Jerman, tetapi juga di Inggris, Perancis, Belanda, dan Italia.
Pada 1636, mulai tercipta boneka yang rambutnya terbuat dari rambut perempuan sungguhan.
BACA JUGA: Ternyata Ini Alasannya Kenapa Boneka Beruang Disebut dengan Teddy Bear
Berbagai Bentuk
Mulai Abad ke-17, bentuk boneka mulai beraneka ragam.
Bukan hanya berbentuk perempuan, tapi juga berbentuk seperti bayi dengan baju tidur.
Bahannya tidak lagi memakai kayu atau tanah liat, tapi dari kulit lembut dan lilin supaya kulitnya tampak seperti manusia.
Uniknya, boneka pun mulai dibuat agar bisa mengeluarkan suara tangis dan berjalan, bahkan bisa berkata "Papa" dan "Mama" kalau ditekan.
Semakin lama, bentuk boneka menjadi semaki beragam dan lengkap.
Ada yang ditambah bulu mata, lesung pipi, mulutnya dibuka sehingga giginya terlihat, kukunya diberi pewarna kuku, sampai yang bisa minum dan mengompol.
Bahkan ada juga boneka yang rambutnya bisa dicuci, ditata, dan disisir seperti rambut manusia.
Boneka pun memiliki aksesoris, baju dan perlengkapan yang bermacam-macam.
BACA JUGA: Wah, 3 Boneka ini Merupakan Boneka Termahal, Seperti Apa, ya?
Teks: Putri Puspita
Lihat video ini juga, yuk!
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR