Guerrero-Casado, peneliti dari Departemen Zoologi di Universitas Cordoba, Spanyol bersama dengan timnya melakukan sebuah percobaan untuk membuktikan hal ini.
Salah satu wilayah disemprotkan dengan air yang tidak memiliki bau atau berbau netral.
Sedangkan daerah lainnya disemprotkan dengan cairan yang berasal dari ekstrak musang yang memangsa kelinci.
Terakhir, daerah ketiga disemprot dari ekstrak hewan yang memakan daging sapi.
Peneliti kemudian menghitung jumlah kotoran kelinci yang ada di masing-masing area.
Hal ini untuk menentukan seberapa sering kelinci mencari makan di area tersebut.
Hasilnya, kotoran kelinci yang ada di area yang sudah disemprot dengan ekstrak kotoran musang pemakan kelinci jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan area yang disemprot air.
Baca Juga : Wah! 5 Hewan Nasional di Negara Ini Ternyata Hanya Mitos, Lo!
Enam hari berikutnya setelah penyemprotan ekstrak tadi, kotoran kelinci yang ada di wilayah kotoran musang yang memangsa kelinci lebih sedikit dibandingkan yang mengonsumsi daging sapi.
Sedangkan pada hari kesembilan, tidak ada perbedaan di kedua area tadi, nih.
Penelitian ini berhasil membuktikan nih, teman-teman.
Dalam jangka waktu yang pendek, kelinci dapat mendeteksi bau kelinci lain di kotoran predator yang memangsanya.
Kemampuan ini dapat membantu kelinci untuk menghindari daerah di mana pemangsa kelinci berkeliaran.
Selain kelinci, penelitian juga pernah dilakukan kepada kanguru dan kambing.
Kangguru dan kambing juga menghidari area di mana ada kotoran harimau yang memangsa spesies mereka.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR