Bobo.id – Teman-teman, siapa yang suka membaca buku? Peribahasa mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia.
Dengan membaca buku, kita bisa memiliki pengetahuan yang luas.
Membaca buku juga bisa membuat kita pergi ke tempat-tempat di seluruh dunia dengan imajinasi kita.
Namun, apakah teman-teman tahu sejarah buku, terutama di Indonesia? Dulu, buku itu tidak terbuat dari kertas seperti sekarang ini, lo.
Baca Juga : Yuk, Datang ke 5 Festival Buku Terbesar di Dunia! #akubacakutahu
Lalu, buku dibuat dari apa, ya? Bagaimana buku-buku dari kertas ini bisa masuk ke Indonesia?
Gulungan Daun Lontar
Nah, sebelum buku terbuat dari kertas, buku di Indonesia dibuat dari gulungan daun lontar, teman-teman.
Setelah diambil dari pohon, dilakukan serangkaian proses supaya daun lontar bisa menjadi dasar untuk menulis.
Baca Juga : Keren! Toko Buku Terbesar di Dunia Berada di Teheran #akubacaakutahu
Daun yang sudah dipetik dari pohon akan dijemur lebih dulu. Setelah itu, daun akan direndam dalam air lagi selama beberapa hari, lalu dijemur lagi.
Kemudian, daun akan direbus untuk membersihkannya dari kotoran-kotoran yang masih menempel.
Setelah direbus selama sekitar delapan jam, daun akan kembali dijemur di tanah yang basah agar tekstur daun menjadi lembap.
Lalu, daun akan disimpan dan ditumpuk selama enam bulan sampai akhirnya bisa digunakan sebagai media menulis.
Baca Juga : Ini 7 Keuntungan yang Didapat kalau Suka Membaca Buku #akubacaakutahu
Yap, prosesnya membutuhkan waktu yang panjang, teman-teman.
Kertas Datang dari Tiongkok
Dulu, daun-daun memang digunakan oleh banyak orang di dunia sebagai media tulis.
Sampai pada tahun 104, seorang politisi di Tiongkok bernama Ts’ai Lun menemukan komposisi dasar dan terciptalah kertas.
Sejak itulah, Tiongkok mulai mengembangkan kemampuan pembuatan kertas hingga menjadi media tulis utama.
Baca Juga : Buku Terbesar Berukuran 3 Meter, Apa Fakta Unik Buku Lainnya? #akubacaakutahu
Kertas dari Tiongkok lalu diekspor daerah-daerah di sekitarnya, seperti Korea, Jepang, dan Vietnam.
Setelah itu, akhirnya Tiongkok menjadi satu-satunya negara pengeskpor kertas pertama di dunia.
Kertas-kertas dari Tiongkok dibeli oleh negara-negara lain, termasuk juga Indonesia.
Buku-buku Pemerintah Belanda
Masyarakat Indonesia mulai meninggalkan daun lontar setelah kertas ada. Hal itu terus terjadi sampai kertas dijilid dan dijadikan buku.
Baca Juga : Ada Berbagai Fakta Unik Tentang Buku, Apa Saja, ya? #akubacaakutahu
Sampai pada saat penjajahan Belanda, semua penerbitan buku dikuasai oleh pemerintah Belanda.
Saat itu, buku-buku yang diterbitkan harus melalui lembaga sensor pemerintah Belanda terlebih dulu, teman-teman.
Kalau ada buku yang berisi provokasi yang bisa menjadi alat untuk menyerang pemerintah Belanda, buku itu tidak akan diterbitkan.
Sedangkan, buku-buku yang boleh diterbitkan hanyalah buku-buku yang sesuai dengan peraturan pemerintah dan dianggap cocok untuk bacaan masyarakat Indonesia.
Baca Juga : Wah, Penulis Usia 13 Tahun Ini Sudah Terbitkan 42 Buku #akubacaakutahu
Jenis buku yang diterbitkan di antaranya berisi tentang cerita rakyat, cerita wayang, hikayat, dan buku-buku pengetahuan umum.
Selain itu, ada juga buku-buku yang menggunakan bahasa Jawa, Sunda, Melayu, dan Madura supaya bahasa-bahasa daerah bisa lebih berkembang.
Buku di Masa Modern
Sekarang, buku-buku sudah berjumlah sangat banyak di Indonesia, teman-teman.
Baca Juga : Yuk, Keliling Indonesia dengan Buku Kak Okky Madasari! #akubacaakutahu
Mulai dari buku pengetahuan sampai buku fiksi. Semuanya bisa kita baca, asalkan sesuai umur kita.
Nah, dengan semakin majunya teknologi, muncul juga buku-buku berbasis teknologi, seperti e-book atau buku digital.
Dengan adanya buku digital, kita tidak perlu membawa buku ke mana-mana. Kita bisa membacanya dari gadget kita masing-masing kapan pun dan di mana pun.
Itulah sejarah singkat tentang buku di Indonesia. Kalau teman-teman suka membaca buku apa? Ceritakan pada Bobo, ya!
Baca Juga : Bingung Menyusun Buku? Ini 5 Cara Menyusun Buku Agar Terlihat Rapi dan Menarik #akubacaakutahu
Lihat video ini juga, yuk!