“Dit, panjat saja pohonnya. Dari tadi diketuk, tidak ada yang menjawab. Mungkin pemilik rumahnya sedang pergi,” kataku.
Dengan lincah Didit langsung naik ke pohon mangga. Ia berpindah dari satu cabang ke cabang yang lain.
Dari bawah, Edo mengarahkan Didit untuk mengambil mangga yang sudah matang.
Baca Juga : Makanan Pedas dan Makanan Manis, Lebih Bahaya yang Mana, ya?
“Ayo, Dit, yang sebelah kanan itu ada dua. Lalu yang sebelah kiri ada tiga. Di atasnya lagi ada lima. Petik saja semuanya. Kalau sudah, lempar saja, nanti kutangkap,” teriak Edo sambil menengadahkan tangannya ke atas, siap menerima mangga dari Didit.
Akan tetapi, tiba-tiba pintu rumah itu terbuka. Keluarlah seorang kakek bertongkat dan berteriak ke arah kami semua.
Baca Juga : Google Doodle Rayakan 30 Tahun World Wide Web, Ini Sejarahnya