Bobo.id - Sama seperti kendaraan bermotor, pejalan kaki juga mempunyai jalur khusus untuk berjalan, lo, yaitu trotoar.
Trotoar berada di tepi jalan besar dan biasanya dibuat lebih tinggi dibandingkan jalan raya untuk membedakan batas antara jalan raya dengan trotoar.
Nah, bagi teman-teman yang sering berjalan kaki di trotoar, pasti sudah pernah melihat ada bagian trotoar yang berwarna kuning cerah di sepanjang trotoar.
Selain warnanya yang berbeda, bagian kuning ini juga mempunyai tekstur yang berbeda dengan bagian trotoar lainnya, yaitu menonjol dengan bentuk bulat dan ada yang berbentuk garis memanjang.
Baca Juga : Catacombes de Paris, Situs Sejarah Tempat Jutaan Tulang Manusia
Bagian trotoar yang menonjol ini disebut dengan ubin taktil.
Ini bukan sebagai penghias trotoar, tapi berfungsi sebagai panduan berjalan atau guiding block untuk pejalan kaki penyandang disabilitas, terutama tunanetra, lo.
Ternyata ubin taktil ini digunakan pertama kali di Jepang dan diciptakan oleh warga Jepang, lo.
Setelah digunakan di banyak tempat umum di Jepang, ubin taktil ini kemudian digunakan di seluruh dunia untuk memandu pejalan kaku penyandang tunanetra.
Diciptakan di Jepang
Guiding block yang disebut ubin taktil ini diciptakan oleh seorang warga negara Jepang bernama Seiichi Miyake.
Pak Seiichi membuat ubin taktil pertama pada tahun 1965 karena ingin membantu temannya yang mulai kehilangan penglihatan.
Saat itu, Pak Seiichi memikirkan bagaimana caranya membantu penyandang tunanetra agar bisa pergi ke pusat kota, taman, hingga menggunakan transportasi umum seperti kereta api dengan aman.
Baca Juga : Mengenal Sorbet, Jenis Es Krim Tertua yang Tidak Mengandung Susu
Setelah mencoba menciptakan ubin taktil yang di Jepang disebut Tenji block, Pak Seiichi mulai memperkenalkan penemuannya pada 18 Maret 1967.
Ubin taktil pertama dipasang di kota Okayama, tepatnya di sebelah sekolah khusus untuk tunanetra.
Pemasangan Tenji block ini kemudian membuat para penyandang tunanetra menjadi lebih mudah untuk berjalan di ruang publik secara mandiri atau tanpa pendampingan.
Mulai Dipasang di Berbagai Tempat
Setelah dipasang di kota Okayama, ubin taktil buatan Pak Seiichi kemudian dipasang di seluruh stasiun kereta api Jepang mulai tahun 1970-an.
Sejak itu, tidak hanya Jepang saja yang menggunakan ubin taktil sebagai pemandu untuk penyandang tunanetra, tapi sudah menyebar ke berbagai negara lainnya.
Bahkan pada awal tahun 1990-an, ubin taktil menjadi salah satu alat bantu standar yang harus ada untuk memudahkan penyandang disabilitas, lo.
Baca Juga : 4 Makanan yang Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun Lalu, Ada Kesukaanmu?
Peraturan ini ditetapkan setelah Undang-Undang Penyandang Disabilitas disahkan oleh pemerintah Amerika pada tahun 1990-an.
Mempunyai Dua Desain
Kalau teman-teman memperhatikan, setiap ubin taktil yang ada di trotoar memiliki dua desain yang berbeda, nih, teman-teman.
Desain yang pertama adalah ubin dengan pola menonjol berbentuk lingkaran dengan jumlah tertentu tergantung besar ubin.
Lalu desain kedua adalah dengan pola menonjol berbentuk batang atau garis di setiap ubin yang jumlahnya disesuaikan dengan ukuran ubin.
Nah, kedua desain atau pola yang diciptakan ini mempunyai arti yang berbeda juga, lo, teman-teman.
Ubin dengan tekstur atau desain bulat berarti menandakan pejalan kaki bahwa mereka berada di jalur yang mendekati bahaya, misalnya di persimpangan jalan atau mendekati jalan raya.
Sedangkan ubin dengan desain garis atau batang menandakan bahwa mereka sudah berada di jalur yang aman.
Baca Juga : Sejak Kapan Cokelat Dijadikan Hadiah Hari Valentine? Cari Tahu, yuk!
Ubin Taktil Mengalami Modifikasi
Ubin taktil atau Tenji block yang diciptakan pak Seiichi awalnya berwarna kuning cerah untuk membedakannya dengan bagian ubin trotoar lainnya.
Selain itu, warna kuning yang cerah juga akan memudahkan orang dengan gangguan penglihatan tapi tidak buta untuk melihat garis ubin taktil.
Setelah penggunaan ubin taktil menyebar ke seluruh dunia, pemandu jalan bagi tunanetra ini mulai mengalami perubahan atau modifikasi, nih, teman-teman.
Misalnya ubin taktil tidak lagi berwarna kuning dan bukan terbuat dari bahan ubin, tetapi dibuat dari baja dan mempunyai warna yang sama dengan bagian trotoar lainnya.
Hal ini kadang dilakukan dengan alasan keindahan, teman-teman, agar ubin taktil berwarna sama dengan bagian trotoar lainnya.
Tapi kadang hal ini justru menyulitkan bagi orang tua, lo, karena orang tua belum terbiasa dengan perubahan warna ubin taktil tersebut.
Baca Juga : Plain of Jars yang Misterius, Ribuan Kendi Batu Berusia 2.500 Tahun di Laos
Menggunakan Konsep Indra Perasa
Ubin taktil bisa mempermudah dan memandu para pejalan kaki dengan keterbatasan penglihatan menggunakan konsep indra perasa atau sentuhan.
Pola yang dimiliki ubin taktil akan dengan mudah dirasakan oleh penyandang tunanetra melalui sepatu maupun tongkat yang mereka gunakan.
Itulah sebabnya ada dua desain pola pada ubin taktil, agar pejalan kaki penyandang tunanetra bisa merasakan pola yang sama sekali berbeda.