Bobo.id - Film apa yang baru saja teman-teman tonton di bioskop bersama dengan keluarga?
Hampir setiap bulannya memang selalu ada film baru yang tayang di bioskop, mulai dari film anak-anak sampai film superhero kesukaan kita.
Ternyata pemutaran film di bioskop sudah dilakukan sejak lama, lo, teman-teman. Ini berkat alat ciptaan dua bersaudara asal Perancis, yaitu Louise dan Auguste Lumiere yang dikenal sebagai Lumiere Bersaudara.
Pemutaran film di bioskop kemudian menyebar ke berbagai negara, hingga sampai ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Baca Juga : 4 Makanan yang Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun Lalu, Ada Kesukaanmu?
Bioskop Pertama di Indonesia
Bioskop berasal dari bahasa Belanda, yaitu "bioscoop" yang diambil dari bahasa Yunani, yaitu bios yang artinya hidup, dan skopos yang berarti melihat.
Nama bioskop yang menggunakan bahas Belanda ini disebabkan karena biskop pertama kali masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Bioskop pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1900, tepatnya 5 Desember 1900 di kawasan Tanah Abang, Batavia.
Saat itu, bioskop yang bernama Gambar Idoep ini masih memutarkan berbagai film bisu dan film-film yang diproduksi luar negeri dengan cerita bertema khas Eropa atau Amerika.
Untuk menonton film yang ditayangkan di bioskop, saat itu penonton harus membayar karcis seharga dua perak untuk kelas satu dan setengah perak untuk kelas dua.
Sejarah Film Indonesia
Selama bertahun-tahun setelah bioskop pertama hadir di Indonesia, belum ada film Indonesia yang ditayangkan di bioskop, nih, teman-teman.
Baca Juga : Dari SD sampai Sekolah Tinggi, Ini Sekolah Masa Kolonial Belanda
Baru 26 tahun setelah bioskop pertama, sejarah film Indonesia dimulai dengan diproduksinya sebuah film yang untuk pertama kalinya dibuat di Indonesia.
Tepatnya, pada 31 Desembar 1926 rakyat Indonesia menikmati film Indonesia pertama ditayangkan di bioskop.
Film pertama yang dibuat di Indonesia merupakan sebuah film bisu yang berjudul Loetoeng Kasaroeng.
Film Indonesia Pertama
Sejarah film Indonesia bermula dari film pertama yang dibuat di Indonesia, yaitu Loetoeng Kasaroeng atau Lutung Kasarung yang merupakan sebuah film bisu atau tanpa suara.
Film Lutung Kasarung dibuat pada tahun 1926 oleh sutradara Belanda bernama G Kruger dan L Heuveldorp.
Heuveldorp merupakan seorang warga Belanda yang sudah banyak membuat film di Amerika Serikat, sedangkan Krugers adalah seorang juru kamera keturunan Indo-Belanda.
Meskipun dibuat oleh sutradara berkebangsaan Belanda, tapi film ini diperankan oleh aktor lokal dari Perusahaan Film Jawa NV yang ada di Bandung.
Baca Juga : Punya Pengaruh dari Bela Diri Jepang dan Tiongkok, Ini Sejarah Karate
Akhirnya pada 31 Desember 1926, Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda dan berada di bawah jajahan Kerajaan Belanda mempunyai film bisu pertama, nih, teman-teman.
Film Lutung Kasarung ditayangkan pertama kali di bioskop Elite and Majestic yang berlokasi di Bandung.
Pembuatan film Lutung Kasarung ini ternyata disebabkan oleh produser perfilman Belanda yang mulai tertarik dengan pembuatan film di Indonesia dan cerita asli Nusantara.
Lutung Kasarung sendiri merupakan legenda yang terkenal dari Jawa Barat dan bercerita tentang Sanghyang Guruminda yang berasal dari kahyangan dan turun ke Bumi dengan bentuk lutung atau monyet.
Setelah sampai di Bumi, Lutung Kasarung tersesat di hutan dan bertemu dengan Putri Purbasari yang kemudian menjadi istrinya.
Film Bicara Pertama di Indonesia
Beberapa tahun setelah film Lutung Kasarung tayang di bioskop Indonesia, film bicara atau dengan dialog mulai diproduksi di Indonesia, nih, teman-teman.
Awalnya, Wong Bersaudara yang datang dari perusahaan film Shanghai membuat film di Indonesia, yaitu Nelson Wong yang menyutradarai film Lily van Java tahun 1928.
Dua orang adik Nelson, yaitu Joshua dan Otniel Wong mulai mendirikan perusahaan film bernama Halimoen Film yang membuat film bicara pertama tahun 1931.
Dari perusahaan yang dibuatnya, mereka berhasil membuat film bicara pertama di Indonesia yang berjudul Indonesia Malaise pada tahun 1931.
Setelah film Indonesia Malaise sukses, tahun 1934 Halimoen Film kembali membuat film bicara bersama Albert Balink, seorang wartawan Belanda dan pembuat film dokumenter Belanda, Manus Franken.
Mereka kemudian membuat perusahaan film ANIF yang saat ini menjadi gedung Produksi Film Negara yang terletak di kawasan Jatinegara.
Melalui perusahaan film ANIF, ada satu film dengan cerita lokal atau sehari-hari berjudul Terang Boelan pada tahun 1934 yang berhasil produksi dan dinikmati oleh penonton saat itu.
Kedatangan Penjajah Jepang
Sejak didirikannya berbagai perusahaan film, perkembangan film di Indonesia mulai berkembang pesat, nih, teman-teman, dengan adanya beberapa film yang diproduksi.
Tapi hal ini tidak bertahan lama karena adanya kedatangan tentara Jepang yang menjajah Indonesia.
Saat penjajah Jepang datang, sejarah film Indonesia mulai berubah dan mengalami kemunduran, lo.
Hal ini disebabkan karena pemerintah Jepang hanya akan memutarkan film-film buatan pemerintah Jepang dan film Indonesia yang sudah pernah ditayangkan sebelumnya.
Baca Juga : Ada Pasar Senen Hingga Pasar Minggu, Ini Dia Sejarah Nama Pasar di Jakarta #AkuBacaAkuTahu (Bagian 1)
Karena kebijakan inilah, tidak ada lagi film baru yang diproduksi oleh perusahaan film Indonesia dan disebut sebagai masa kemunduran perfilman Indonesia.
Bahkan pada tahun 1942, hanya ada 3 film baru yang tayang di bioskop Indonesia, dan ketiganya merupakan film buatan perusahaan film Jepang, yaitu Nippon Eigha Sha.
Nah, meskipun pada masa tahun 1942 hingga 1949 perfilman Indonesia mengalami kemunduran, para artis film tidak kehilangan akal untuk terus berkarya.
Artis-artis yang tadinya aktif bermain film kemudian kembali bermain peran, tapi kali ini mereka berperan di atas panggung dan memainkan sandiwara.
Sejarah film Indonesia masih berlanjut dan berkembang sampai saat ini, teman-teman.
Nantikan kelanjutan sejarah film Indonesia berikutnya, ya!