Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini, ya?
Cerpen anak hari ini berjudul Sepeda Baru Dodu.
Yuk, langsung saja kita baca cerpen anak hari ini!
------------------------------------------
Baca Juga : Cerpen Anak: Si Mata Hitam
“Kak Dema!” teriak Dodu suatu pagi. “Tolong ajar aku main sepeda. Sepeda baruku bosan di dalam rumah terus!” Dodu sambil mengeluarkan sepedanya dari dalam rumah.
“Sepedamu yang bosan, atau kamu?” tawa Dema, kakak Dodu. Ia sudah siap di atas sepeda di jalan depan rumah.
“Ya aku juga!” kata Dodu lagi malu-malu.
“Jangan hari ini, ya. Aku mau main dulu dengan Oli di lapangan. Besok saja, ya, Dodu!” kata Dema sambil mengayuh sepedanya, pergi meninggalkan Dodu.
Baca Juga : Cerpen Anak: Semua Lima Puluh Ribu Rupiah
Dodu hanya menghembuskan napas kecewa. Ia lalu pergi ke rumah teman-temannya yang tak jauh dari rumahnya. Namun, Tisa, Obe, dan Aci tidak ada di rumah. Semua sedang pergi bermain di lapangan. Berarti, hanya Dodu satu-satunya anak yang tidak berada di lapangan.
Baca Juga : Mendengarkan Musik Bisa Membuat Obat dalam Tubuh Bekerja Lebih Baik
“Huh! Kenapa, sih, aku tidak bisa naik sepeda!” gerutu Dodu kesal. Ia menyesal juga tidak terlalu berusaha sejak tahun-tahun lalu. Padahal, ia bisa saja belajar dengan sepeda kak Dema. Sekarang, Dodu sudah duduk di kelas 4 SD, tetapi masih belum bisa naik sepeda juga.
Ia akhirnya memutuskan untuk belajar mengendarai sepeda hari itu juga. “Aku tidak bisa menunggu sampai besok!” gumamnya tak sabar.
Baca Juga : Memakai Sandaran Tangan di Kursi Tengah Pesawat Ada Aturannya, lo
Dodu kembali ke rumah. Ia lalu mengambil dan memakai semua peralatan pengaman yang dibelikan ayahnya. Helm pelindung kepala, pelindung lutut, juga pelindung sikut tangan. Ayah juga membelikannya sarung tangan kulit.
“Ayah memang baik,” gumam Dodu tersenyum. Kini ia memegang setang sepedanya kencang-kencang sambil berjalan ke jalanan depan rumah.
Baca Juga : Saturnus Adalah Bola Gas Raksasa, Bisakah Kita Terbang Menembusnya?
Dodu naik ke sepedanya, lalu mulai mengayuh dengan kaki kiri. Ia mengayuh pedal sepedanya hanya setengah-setengah putaran. Sementara kaki kanannya tetap melangkah di tanah.
Sesekali sebelah kakinya naik juga ke pedal sepeda, namun ia selalu tidak seimbang. Kalau beruntung, ia bisa sempat menurunkan kaki kanannya lagi untuk menahan tubuh dan sepedanya. Kalau tidak beruntung, yaa, Dodu terjatuh bersama sepedanya ke sebelah kanan.
Walau memakai pelindung, lututnya terasa sakit juga saat beradu dengan aspal jalanan. Berkali-kali Dodu jatuh. Lututnya semakin sakit dan tidak nyaman. Dodu akhirnya menyerah.
“Aku lanjutkan besok saja,” gumamnya menahan sakit.
Baca Juga : Di Tiongkok, Ada Peternakan Lalat Sejak 2016 Lalu, Apa Fungsinya, ya?
Di saat itu, tiba-tiba matanya melihat pagar beton di belakang pabrik kerajinan tangan rotan. Pabrik besar itu tak jauh dari rumah Dodu dan menghadap ke arah jalan lain. Bangunan pabriknya memanjang, sehingga pagarnya juga panjang dan lurus setinggi dada Dodu.
“He he, asyiiik… aku menemukan tempat latihan yang bagus! Heran, kenapa tidak dari dulu aku latihan di situ!” gumam Dodu girang.
Baca Juga : Bolehkah Kita Minum Air Sambil Makan? Apa Dampaknya pada Pencernaan?
Dodu membawa sepedanya ke samping pagar pabrik. Ia lalu naik ke sepedanya dengan tangan kanan bertumpu memegang bagian atas pagar beton.
Setelah siap, Dodu mulai mengayuh sepedanya lagi. Setiap kali sepedanya miring ke kanan, tangan kanannya buru-buru bertumpu di pagar beton untuk menahan tubuhnya.
“Untung Ayah membelikan aku sarung tangan. Kalau tidak, telapak tanganku pasti sudah lecet,” pikir Dodu.
Baca Juga : Tak Hanya Lezat, Kita Juga Bisa Buat Mainan Donat dari Plastisin
Tanpa lelah, Dodu terus berlatih. Matahari semakin tinggi dan hari semakin panas. Ternyata, jerih payah Dodu tidak sia-sia. Kini ia bisa mengayuh sepeda dengan kedua kaki di atas pedal sepeda. Kayuhannya kini sudah satu putaran. Kaki kanan, kaki kiri, kaki kanan, kaki kiri…
“Asiiik… aku bisa naik sepedaaaa…” teriak Dodu girang sendirian.
Baca Juga : Berguna Bagi Tubuh, Ini Akibatnya Kalau Tubuh Kekurangan Lemak
Belum pernah Dodu merasa begitu senang. Rasanya, ia ingin bermain sepeda selamanya. Namun, kakinya lalu mulai terasa lelah. Dodu pulang ke rumah dan duduk di tangga rumahnya.
Saat sedang mendinginkan tubuhnya, Dema, Tisa, Obe, dan Aci datang dengan sepeda mereka masing-masing.
Saat masuk ke halaman rumah, mereka melihat Dodu yang duduk di tangga rumah. Ia masih memakai perlengkapan pelindung lutut dan sikut. Helmnya tergeletak di sampingnya. Sepedanya yang masih berkilau baru, tersandar di dekatnya.
Baca Juga : Ini 10 Superhero DC dan Marvel yang Kekuatannya Mirip, Siapa Juaranya?
“Dodu, kasihan sekali kamu… Maaf ya, tadi aku meninggalkanmu. Ayo, sekarang aku akan mengajarimu. Kamu bisa duduk sendiri di sadelmu, kan?” tanya Dema.
Dodu tersenyum. “Bisa, Kak!” katanya singkat.
Dodu lalu mengambil sepedanya dan menaikinya. Walau masih kaku, ia bisa mengayuh sepedanya tanpa menurunkan kedua kakinya. Ia terus mengayuh sampai keluar halaman rumah dan terus ke jalan raya.
Dema, Tisa, Obe, dan Aci melihat dengan mata terbelalak dan mulut menganga. Mereka berlari mengikuti sepeda Dodu dari belakang.
Baca Juga : Apakah Cula Badak dan Gading Gajah Bisa Tumbuh Kembali Setelah Dipotong?
“Doduuuu… kamu sudah bisa naik sepeda yaaa?” seru mereka terkejut.
“Kamu sudah bisa, Dodu! Kamu sudah bisa ikut main di lapangan!” teriak Dema.
Dodu memutar sepedanya berbalik arah mendekati mereka lagi.
“Sekarang, ayo kita makan siang dulu. Nanti sore, kita berkumpul di sini lagi ya. Kita sama sama ke lapangan lagi!” usul Dema.
“Ayoooo…” seru Dodu girang.
Baca Juga : Meski Namanya Mirip Anggur, Buah Ini Lebih Mirip Jeruk, Apa Itu?
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Rofi
Tonton video ini, yuk!