Wah, Ada Sabuk Rumput Laut yang Membentang Lebih dari 8.000 Kilometer!

By Cirana Merisa, Rabu, 10 Juli 2019 | 15:01 WIB
Sabuk rumput laut. ( Brian Lapointe via NASA)

Begitu pula lumba-lumba dan penyu yang diuntungkan dengan rumput laut yang mengambang.

Namun, lapisan rumput laut yang terlalu tebal bisa menjadi masalah bagi hewan-hewan laut.

Ketika membusuk, rumput laut akan menyerap oksigen. Hal ini membuat kandungan oksigen menjadi rendah dan tidak baik bagi ekosistem laut.

Terumbu karang dan seagrass atau lamun bakal terdampak ketika kandungan air berubah. Begitu juga dengan hewan lain yang jadi sulit bergerak.

Baca Juga: Ini 7 Hal yang Harus Diperhatikan saat Berenang di Kolam Renang Hotel

Penyu kadang tidak bisa kembali berenang ke laut setelah bertelur di pantai. Mereka sulit melewati hamparan rumput laut yang lebat.

Selain mengancam ekosistem laut, Great Atlantic Sargassum Belt juga berdampak pada wisata pesisir.

Dampak buruk terjadi ketika rumput laut membanjiri pantai dan mengganggu para wisatawan yang sedang berlibur di pantai.

Selain mengganggu ekosistem pesisir, rumput laut yang membusuk juga melepas hidrogen sulfida, yaitu gas yang beracun, mudah terbakar, dan berbau seperti telur busuk.

Baca Juga: Hore, McDonald's Indonesia Kembali Luncurkan Menu Baru Bertema Korea!

(Penulis: Nibras Nada Nailufar)

#GridNetworkJuara

Lihat video ini juga, yuk!