Malam harinya, Pikolo merenung di tempat tidurnya. “Ternyata, jadi tukang sihir lebih menyenangkan daripada jadi tukang asah pisau!”Esok harinya, Pikolo memulai lagi aksinya. Ia menyihir permen berbentuk beruang dan memberikannya pada seorang anak kecil yang menangis. Ia membuat buah-buah di kios Pak Amat menjadi segar dan menarik. Pembeli pun banyak berdatangan.Lama kelamaan, semakin banyak orang yang tahu kalau Pikolo bisa sihir. Hidup Pikolo mulai tidak tenang. Pagi, siang, malam, orang-orang dating ke rumah meminta tolong. Beberapa orang meminta hal-hal yang aneh. Misalnya, yang bermata sipit minta diperbesar. Yang bermata besar minta dikecilkan. Yang pendek ingin tinggi, yang tinggi ingin dikurangi tingginya. Pikolo terpaksa menolak permintaan mereka.
Baca Juga: Sejak Kapan Melempar Koin ke Air Mancur Dipercaya Mendatangkan Keberuntungan? #AkuBacaAkuTahu
Suatu hari, Pikolo tidak tahan lagi menghadapi banyak permintaan. Ia pun pergi dari rumahnya. Setelah berjalan jauh, ia beristirahat di tepi sungai. Seorang pemancing datang dan duduk di dekatnya. Mereka bercakap-cakap. Pikolo mengatakan bahwa ia sedang mencari pekerjaan.“Carilah pekerjaan yang kamu sukai. Hidup kita tidak sampai 100 tahun!” nasihat si pemancing. “Aku suka memancing dan pekerjaan ini kulakukan, walau ada orang yang mengatakan pekerjaan ini membosankan!”“Wah, nasihatmu sangat bagus!” kata Pikolo.
Baca Juga: Semua Planet Berbentuk Bulat, Mengapa Bisa Begitu?