Bobo.id - Datangnya musim panas artinya ada banyak festival yang diselenggarakan di negeri matahari terbit atau Jepang, nih, teman-teman.
Musim panas yang terjadi di negara empat musim biasanya dimulai sejak Juni sampai Agustus.
Tahukah teman-teman? Saat musim panas, ada berbagai festival yang diadakan secara meriah di Jepang, lo.
Salah satunya adalah festival Tanabata atau yang sering juga disebut sebagai festival bintang.
Baca Juga: Wah, Orang Jepang di Hawaii Ini Menciptakan Moci Khas Hawaii, lo!
Tanabata merupakan satu dari lima festival musiman tradisional di Jepang yang disebut juga sebagai gosekku.
Sama seperti festival musim panas lainnya yang berlangsung di Jepang, festival Tanabata dirayakan dengan meriah.
Ketika festival ini berlangsung, berbagai sudut kota Jepang menjadi berwarna-warni karena hiasan kertas yang disebut tanzaku.
Sejarah Festival Tanabata Bermula dari Cerita Rakyat Tiongkok
Meskipun festival Tanabata menjadi festival yang berlangsung di Jepang, namun festival ini juga berlangsung di Tiongkok dan Korea, lo.
Asal-usul festival ini ternyata bermula dari cerita rakyat Tiongkok dan berlangsung pertama kali di Jepang saat kekaisaran kuno Jepang.
Menurut cerita rakyat, sejarah festival ini bermula dari kisah antara Orihime yang merupakan seorang penenun dengan Hikoboshi, yaitu seorang penggembala sapi.
Orihime sangat senang menenun dan membuatkan baju untuk ayahnya di tepi Sungai Surga Amanogawa, tapi ia juga sangat kesepian dan menginginkan punya seorang teman.
Baca Juga: Budaya Indonesia yang Unik Ini Banyak Dikenal Masyarakat Dunia, lo!
Karena tidak ingin melihat anaknya sedih, ayah Orihime mempertemukan putrinya dengan seorang penggembala sapi bernama Hikoboshi.
Tidak lama, Orihime menikah dengan Hikoboshi, tapi Orihime jadi melupakan tugasnya untuk menenun baju bagi ayahnya, nih, teman-teman.
Ayah Orihime yang merupakan Raja Langit kemudian marah dan memutuskan kalau Orihime dan Hikoboshi tidak lagi boleh bertemu agar Orihime tidak melupakan tugasnya.
Namun hal ini membuat Orihime menjadi sedih, teman-teman, karena tidak bisa lagi bertemu Hikoboshi karena mereka tinggal di dua sisi sungai yang berbeda.
Baca Juga: Inilah 5 Desa Unik yang Hanya Bisa Kamu Temukan di Indonesia
Raja Langit kemudian memberi kesempatan bagi Orihime dan Hikoboshi untuk bertemu satu kali dalam setahun, yaitu pada tanggal tujuh di bulan ketujuh.
Sayangnya, ternyata tidak ada jembatan di atas sungai, sehingga keduanya tidak bisa bertemu. Lalu sekawanan burung gagak yang mendengar tangisan Orihime membentangkan sayapnya sebagai jembatan untuk Orihime dan Hikoboshi.
Festival Tanabata Diadakan Setiap Tanggal Tujuh Bulan Ketujuh
Burung gagak yang membantu Orihime dan Hikoboshi kemudian berjanji untuk selalu membantu keduanya untuk bertemu pada tanggal tujuh di bulan ketujuh.
Nah, peristiwa pertemuan Orihime dan Hikoboshi ini disebut sebagai festival bintang karena Orihime dianggap mewakili formasi bintang Vega, sedangkan Hikoboshi adalah Altair.
Sungai Sugar yang dikatakan diseberangi mereka adalah Galaksi Bima Sakti, nih, teman-teman.
Akhirnya, persimpangan dari kedua bintang itu melahirkan pengetahuan yang kemudian berkembang menjadi festival Tanabata.
Dalam bahasa Inggris, Tanabata berarti Evening of the Seventh atau Malam Ketujuh.
Inilah sebabnya festival Tanabata selalu dilakukan setiap tanggal tujuh atau hari ketujuh di bulan tujuh atau bulan Juli.
Baca Juga: Boneka Khas Rusia Ini Rupanya Terinspirasi dari Negara Lain, lo!
Apa yang Dilakukan saat Festival Tanabata?
Peristiwa pertemuan Orihime dan Hikoboshi kemudian dirayakan secara meriah dan besar-besaran oleh warga Jepang dengan mengadakan festival Tanabata.
Namun apa yang dilakukan selama festival berlangsung, ya?
Selain untuk merayakan pertemuan antara Orihime dan Hikiboshi, Tanabata juga dilakukan untuk mengirimkan permohonan mereka sendiri ke langit.
Salah satu acara yang selalu dilakukan saat festival Tanabata adalah menuliskan keinginan di secarik kertas kecil yang disebut tanzaku.
Baca Juga: Di India, Ada Kuil Hindu yang Megah dan Berwarna-Warni, Seperti Apa, ya?
Tanzaku kemudian digantungkan pada pohon bambu yang menjadi dekorasi saat festival.
Setelah banyak permohonan yang digantungkan, pohon bambu kemudian dipasang di sungai atau dibakar setelah festival berlangsung.
Pohon bambu digunakan untuk menggantungkan permohonan karena bambu memiliki kecenderungan untuk tumbuh lurus dan tinggi.
Selain itu, bambu juga memiliki cabang yang membentang ke atas, sehingga permohonan yang digantungkan akan terbawa ke surga karena ditiup angin.
Baca Juga: Selain Batik, Inilah 5 Daerah di Indonesia Penghasil Kain Tenun
Masyarakat Jepang juga mempercayai tanaman bambu bisa mengusir serangga dan melindungi tanaman padi, sehingga melambangkan harapan hasil panen yang melimpah.
Dekorasi Kertas Warna-warni di Penjuru Kota
Selain identik dengan pohon bambu yang digunakan untuk menggantungkan permohonan, festival Tanabata juga identik dengan hiasan warna-warni di berbagai penjuru kota.
Hiasan kertas warna-warni yang dipasang di seluruh penjuru kota ini disebut Sasakazari.
Sasakazari akan dipasang di seluruh penjuru kota, sehingga membuat kota menjadi berwarna-warni.
Selain sasakazari, setiap rumah biasanya membuat hiasan kertas yang lebih kecil, yaitu nanatsu kazari.
Baca Juga: Ada Banyak Festival, Ini Dia Keseruan Orang Jepang Nikmati Musim Panas
Namun biasanya ada tujuh jenis nanatsu kazari yang dibuat berbeda dengan makna yang juga berbeda, lo.
Meskipun diadakan setiap tanggal tujuh di bulan Juli, namun perayaan Tanabata ini sudah dilangsungkan sejak awal bulan Juli, namun puncaknya akan berlangsung pada 7 Juli.
Pada puncak perayaan festival Tanabata, perempuan di Jepang, baik anak-anak maupun dewasa akan menggunakan yukata, yaitu pakaian tradisional Jepang yang biasa digunakan saat musim panas, ketika festival berlangsung.
Tonton video ini juga, yuk!