Mengapa Ada Monumen Berbahasa Jepang di Candi Mendut Magelang, ya?

By Avisena Ashari, Jumat, 22 November 2019 | 18:21 WIB
Prasasti ungkapan terima kasih berbahasa Jepang di Candi Mendut (Nicholas Ryan Aditya/Kompas.com)

Bobo.id – Pernahkah teman-teman berkunjung ke Candi Mendut di Magelang?

Di sana, bukan hanya ada Candi Buddha peninggalan Dinasti Syailendra, tapi ada juga monumen yang bertuliskan huruf Jepang.

Wah, kok, bisa ada monumen berbahasa Jepang di Candi Mendut, ya?

Yuk, cari tahu sejarahnya!

Baca Juga: Berkunjung ke Candi? Ini 6 Aturan yang Harus Kamu Ketahui dan Pahami

Kisah di Balik Monumen Berbahasa Jepang di Candi Mendut

Jurnalis Kompas.com beberapa waktu lalu berkesampatan untuk mencari tahu kisah di balik monumen berbahasa Jepang di Candi Mendut dari Bapak Louie Buana.

Bapak Louie Buana adalah anggota Tim Ahli Penyusun Narasi Legenda Borobudur Universitas Gadjah Mada.

Alkisah, tahun 1970-an ada seorang Ibu di Jepang yang memiliki anak perempuan yang lumpuh. Saat itu kelumpuhan si anak tidak tersembuhkan meski sudah berobat ke mana-mana.

Ibu itu adalah Shizuko Miyagawa. Ibu Shizuko ini menganut kepercayaan Buddha Shingon, salah satu aliran kepercayaan agama Buddha di Jepang.

Suatu hari, Ibu Shizuko mendapatkan ilham untuk pergi ke daerah Mendut.

Ibu Shizuko pun pergi ke Candi Mendut dan beribadah di sana.

Saat itu, ia berjanji apabila anaknya sembuh, maka ia akan membangun sebuah persembahan sebagai ungkapan terima kasih.

Saat Ibu Shizuko kembali ke Jepang, anaknya telah sembuh dari kelumpuhannya, teman-teman.

Menepati janjinya dan sebagai ungkapan rasa syukur, Ibu Shizuko membangun Monumen Persahabatan Indonesia-Jepang di Candi Mendut.

Baca Juga: Yuk, Cari Tahu Tokoh yang Membuat Bangunan Sebesar Candi Borobudur!

Monumen Persahabatan Indonesia-Jepang

Monumen ungkapan terima kasih berbahasa Jepang di Candi Mendut (Nicholas Ryan Aditya/Kompas.com)

Monumen yang letaknya ada di dekat pos penjaga Candi Mendut itu diresmikan tahun 1985 dan masih ada sampai sekarang.

Monumen ungkapan terma kasih itu berbentuk prasasti tembaga yang dipasang di sebuah balok batu.

Di sekelilingnya, ada pilar batu andesit Merapi yang bertuliskan huruf Jepang.

Meski bertuliskan bahasa Jepang, monumen itu dipahat oleh sanggar seni pahat batu Sanjaya milik Dulkamid Sjayaprana dari Dusun Prumpung, Desa Tamanagung, Muntilan, Jawa Tengah.

Pemasangan monumen itu juga diizinkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertanggung jawab atas situs budaya di Indonesia.

Wah, kisah yang mengharukan, ya, teman-teman.

Nanti, kalau berkunjung ke Candi Mendut, jangan lupa dengan kisah Ibu Shizuko Miyagawa ini, ya!

Baca Juga: Uniknya Budaya India di Kampung Madras, Little India Kota Medan

#GridNetworkJuara

Yuk, lihat video ini juga!