"Cuci piring?" yang lain mulai bertanya-tanya. Sebentar saja warung menjadi ramai karena mereka mengolok-olok Tio. Apalagi Nanang menambah-nambahi menyebut Tio banci, mengerjakan tugas anak perempuan.
Walau kenyang, Tio pulang dengan hati mangkel.
Tio tak menduga soal cuci piring itu dibawa-bawa ke sekolah. Tadi di sekolah, teman temannya terutama yang laki-laki banyak yang menertawainya. Sampai saat pulang sekolah tadi masih ada yang menguntitnya sambil cekikikan, 'Tio banci. Tio banci!"
Cuma Nanang yang tak ikutikutan mengolok-oloknya seperti kemarin. Tampak Nanang menghindarinya sejak pagi.
Baca Juga: Batu Meteorit Bisa Ditemukan di Bumi, Apa Ciri-Ciri Batu Meteorit?
Nanang bukanlah teman dekat Tio, walau Tio menyukainya.
Sepertinya Nanang tak membutuhkan teman dekat. Anaknya penuh gerak, sering keluyuran sendiri. Banyak kegiatan, banyak pengalaman. Di rumahnya Nanang memelihara ayam. Tempo hari dijualnya ayam-ayam yang sudah besar. Uang yang dipakainya mentraktir kemarin adalah uang hasil penjualan peliharaannya itu, yang disisihkan sedikit seizin mamanya.
Tio ingin Nanang menjadi teman dekatnya. Tapi melihat kelakuan Nanang yang mudah mengolok-olok orang, ia jadi ragu-ragu.