Mengapa Amerika Menggunakan Fahrenheit untuk Mengukur Suhu, Bukannya Celcius, ya?

By Tyas Wening, Kamis, 5 Maret 2020 | 10:00 WIB
Termometer digunakan untuk mengukur suhu (MaxPixel's contributors)

Sistem penghitungan matriks ini kita gunakan sehari-hari untuk berbagai pengukuran, seperti menghitung jarak dengan milimeter (mm), sentimeter (cm), meter (m), kilometer (km), dan sebagainya.

Penghitungan matriks ini juga kita gunakan untuk mengukur berat, yaitu gram, kilogram (kg), serta suhu yang menggunakan Celcius.Sedangkan pada sistem penghitungan imperial, tidak banyak digunakan di Indonesia, seperti inch, cup, dan mengukur suhu dengan satuan Fahrenheit.

Baca Juga: Anak-Anak Jadi Pembawa Pesan Rahasia Saat Perang Dunia I, Ini Fakta Perang Dunia I yang Jarang Diketahui

Fahrenheit dan Celcius Memiliki Titik Beku dan Didih yang Berbeda

Celcius dan Fahrenheit juga memiliki perbedaan pada titik beku dan titik didihnya.

Pasti teman-teman sudah mengetahui kalau dalam pengukuran menggunakan satuan Celcius, titik beku berada di 0 derajat, sedangkan titik didih berada di suhu 100 derajat.Pada pengukuran menggunakan satuan Fahrenheit, titik beku berada di suhu 32, dan titik didih berada di suhu 212 derajat.

Baca Juga: Kalau Kamu Tahu Sejarah Mi Instan Ini Mungkin Kamu Akan Sedih, Ternyata Ini Sejarahnya yang Tak Terduga

Penyebab Amerika Menggunakan Sistem Penghitungan Imperial

Sistem penghitungan imperial yang digunakan oleh Amerika ternyata sudah berlangsung sejak abad ke-18 dan 19, lo.

Penghitungan Fahrenheit ditemukan oleh Daniel Gabriel Fahrenheit dan dipatenkan pada tahun 1724 dan menjadi bagian dari British Royal Society.

Pada abad ke-18 dan 19 saat Inggris menaklukkan banyak negara jajahannya, pengukuran dengan sistem imperial ini semakin tersebar luas, teman-teman.Karena inilah Fahrenheit kemudian menjadi sistem standar yang digunakan oleh wilayah-wilayah kekuasaan Inggris.