Pesona Masjid Agung Banten: Ringkasan Tayangan Belajar dari Rumah TVRI

By Avisena Ashari, Senin, 27 April 2020 | 09:53 WIB
Masjid Agung Banten (Wibowo Djatmiko (CC BY SA 3.0)/Wikimedia Commons)

Kemudian, di bagian atas ada susunan lima tiang yang bisa diartikan sebagai rukun Islam atau waktu salat. Sehingga, maknanya jadi dalam satu hari satu malam (24 jam), umat Muslim wajib menjalankan salat lima waktu.

Di samping itu, ada juga makna dari pintu masjid yang kecil dan rendah. Artinya, siapapun yang masuk ke dalam masjid tidak dilihat dari pangkatnya.

Mihrab yang menjadi tempat imam salat ukurannya juga sangat sempit dan sederhana.

Meski begitu, mihrab ini juga menjadi ciri khas karena berbeda dari desain mihrab yang berkembang di belahan dunia lainnya.

Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten juga memiliki akulturasi budaya, lo. Akulturasi adalah proses atau hasil pertemuan dua kebudayaan atau lebih dan saling memengaruhi.

Di masjid ini terlihat akulturasi budaya Belanda, Jawa hingga ada Tionghoa.

Misalnya, pada mimbar yang terdapat di dalam ruang salat, memiliki desain khas Tionghoa yang berakulturasi dengan budaya Islam.

Mimbar di Masjid Agung Banten juga ukurannya besar dan unik bentuknya, mimbar atau tempat khutbah ini memiliki beberapa anak tangga dan terdapat banyak ukiran di setiap sisinya, teman-teman. Termasuk ukiran huruf arab gundul.

Mimbar ini merupakan wakaf dari Nyai Haji Irad Jon Jang Serang tahun 1903.

Baca Juga: Baitul Hajj, Masjid Unik yang Terbuat dari Kayu di Desa Tuantunu