Mereka akhirnya menetap cukup lama mulai April hingga Juli 1949 di Dukuh Saba, Desa Pakis, Nawangan, Pacitan.
Rumah Karso Sumito menjadi markas komando, di mana Jenderal Sudirman berosialisasi dengan masyarakat setempat.
Kondisi di Yogyakarta pun sudah kembali kondusif pada Juni 1949, serta para pemimpin bangsa kembali dari pengasingan pada bulan Juli.
Baca Juga: Perbedaan Pendidikan Indonesia di Masa Penjajahan Belanda dan Jepang
Pertempuran Ambarawa
Selain perang gerilya di masa Agresi Militer II ini, Jenderan Sudirman juga pernah mengikuti beberapa perang lainnya.
Salah satu yang terkenal adalah pertempuran Ambarawa yang berlangsung pada 20 oktober hingga 15 Desember 1945.
Saat itu pimpinan perang Letkol. Isdiman gugur terlebih dahulu. Saat itulah Jenderal Sudirman yang masih berpangkat kolonel mengambil alih untuk memimpin perang.
Taktik yang digunakan beliau pada saat itu adalah supit urang. Ini adalah taktik pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung.
Hasilnya Ambarawa berhasil direbut kembali dan sekutu mundur ke kota Semarang.
Wah, ternyata Jenderal Sudirman memang ahli dalam menentukan strategi perang, ya!
(Penulis: Avisena Ashari/Sarah Nafisah)
Tonton video ini, yuk!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com