Mereka berdua terbang jauh sampai tiba di kota lain. Burung jelmaan Zeki tiba di taman istana tempat Sultan sedang berjalan santai.
Seekor elang peliharaannya bertengger di pundaknya. Zeki mengubah dirinya menjadi mawar yang indah dan jatuh di kaki Sultan. Sultan terkejut melihat mawar itu, karena musim bunga belum tiba.
“Belum pernah aku menemukan bunga sewangi ini,” katanya.
Pada saat itu, Bosmak tiba di taman itu juga. Ia kembali ke bentuk manusia dan bermain kecapi sambil menyanyikan lagu. Sultan tertarik dan menyuruhnya menyanyi beberapa lagu lagi. Setelah beberapa lagu ia lantunkan, Bosmak dengan sopan berkata,
“Bolehkah aku meminta setangkai mawar sebagai imbalan lagu-laguku...”
Sultan sangat marah, “Apa kau tak tahu, ini adalah kuntum mawar terindah dan terharum yang pernah aku miliki! Berani-beraninya kau meminta!”
Bosmak berusaha membujuk dengan kata-kata manis,
“Ampuni hamba, Yang Mulia. Hamba hanya penyanyi miskin yang murung. Hamba berkeliling dunia demi mencari mawar indah itu. Sungguh tak disangka, mawar itu berada di tangan lembut Sultan. Hanya mawar itu yang bisa membuat hidup hamba menjadi ceria kembali...”
Sultan menjadi terharu. “Apalah arti mawar ini bagiku? Pengembara ini sangat membutuhkannya.”
Sultan akhirnya menyerahkan bunga itu pada Bosmak. Namun sebelum penyihir itu memegangnya, mawar itu jatuh ke tanah dan berubah menjadi butiran-butiran jewawut makanan ayam.
Baca Juga: Ada Bukit Batu Berusia Jutaan Tahun di Purnululu, Dulu Pernah Jadi Tempat Rahasia