Lalu di tahun 1897, peneliti mengusulkan agar ada jarak sekitar satu sampai dua meter antara satu orang dengan orang lain untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit.
Hal ini dilihat berdasarkan jarak sampel tetesan yang diketahui mengandung patogen atau zat yang menyebabkan penyakit.
Untuk memperkuat hasil penelitian ini, di tahun 1940 dilakukan penelitian melalui foto seseorang yang bersin untuk mengetahui jarak penyebaran droplets.
Di tahun 1948, dilakukan penelitian mengenai penyebaran penyakit streptokokus hemolitik melalui tetesan droplets.
Hasilnya, hanya 10 persen dari droplets yang terlempar sejauh 1,7 meter, namun 10 persen droplets dari peserta lainnya tersebar sejauh 2,9 meter.
Pada penelitian awal ini, sebenarnya hasilnya masih belum akurat, namun dari tetesan terbesar yang diketahui jatuh dekat inangnya, maka kemudian disimpulkan bahwa jarak aman agar tidak tertular penyakit adalah satu sampai dua meter.
Ada Berbagai Faktor yang Memengaruhi Penyebaran Droplets
Penyebaran droplet dari satu orang ke orang lain ini ternyata dipengaruhi berbagai faktor, teman-teman.
Faktor pertama adalah ukuran dari droplets itu sendiri. Semakin kecil dan semakin ringan ukuran droplets, maka jarak penyebaran semakin jauh.