Bobo.id - Saat ini, pandemi COVID-19 masih terjadi, teman-teman.
Di Indonesia, sampai saat ini sudah lebih dari 365.000 kasus positif COVID-19.
Untuk membantu mencegah penyebaran penyakit COVID-19 yang semakin luas, anak-anak bersekolah dari rumah dan sebagian orang dewasa bekerja dari rumah.
Saat harus beraktivitas di luar rumah, kita juga harus mengenakan masker dengan benar, menjaga jarak satu sama lain, dan menghindari kerumunan.
Menjaga kesehatan diri juga sangat penting, misalnya seperti memenuhi kebutuhan gizi seimbang, rajin berolahraga, dan beristirahat yang cukup.
Karena virus penyebab COVID-19 merupakan virus yang baru ditemukan, ilmuwan masih terus mempelajari virus, gejala yang ditimbulkan, hingga penanganannya.
Ada lima temuan penelitian terbaru terkait virus corona penyebab COVID-19, nih.
Beberapa di antara temuan terbaru itu adalah pengaruh virus penyebab COVID-19 pada pendengaran dan berapa lama virus itu bisa bertahan di permukaan benda.
Yuk, kita cari tahu penjelasan dari beberapa penelitian baru tentang virus corona yang dirangkum oleh Kompas.com:
1. Mutasi Diam Virus SARS-CoV-2
Virus bisa bermutasi atau mengalami perubahan genetik, teman-teman. Mutasi virus ini memengaruhi cara kerja virus.
Nah, peneliti menemukan hal yang berhubungan dengan mutasi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19, yaitu mutasi diam.
Menurut temuan peneliti dari Duke University, peneliti berhasil mempelajari beberapa mutasi diam pada sekitar 30.000 huruf kode genetik virus penyebab COVID-19.
Mutasi diam ini disebut menjadi penyebab pandemi COVID-19 lebih sulit dikendalikan dibandingkan wabah virus corona sebelumnya.
2. Penyakit COVID-19 Memengaruhi Pendengaran
Gejala COVID-19 yang banyak dialami orang yang terpapar virus adalah kehilangan indra penciuman dan beberapa gejala terkait pernapasan.
Namun, sebuah penelitian baru menemukan bahwa salah satu gejala COVID-19 adalah gangguan pendengaran.
Hasil penelitian ini ditemukan oleh JAMA Otoralyngology-Head and Neck Surgery.
Peneliti dari John Hopkins Medicine melakukan penelitian pada tubuh tiga orang yang meninggal setelah terinfeksi virus penyebab COVID-19.
Pada dua tubuh orang yang meninggal itu, ditemukan adanya virus penyebab COVID-19 pada telinga bagian dalam dan tulang di tengkorak, yang ada di belakang telinga.
3. Virus Penyebab COVID-19 Bisa Bertahan 28 Hari di Layar Ponsel
Virus SARS-CoV-2 bisa menempel pada benda-benda di sekitar kita.
Menurut laporan penelitian Badan Sains Nasional Austaralia, virus corona penyebab COVID-19 bisa bertahan pada permukaan seperti uang kertas, layar ponsel, dan baja tahan karat selama 28 hari.
Penelitian itu dilakukan dengan percobaan pada suhu 20 derajat Celcius atau suhu kamar dan dengan keadaan gelap.
Peneliti juga melakukan percobaan pada benda berpori seperti kain. Peneliti menemukan bahwa virus penyebab COVID-19 bisa bertahan 14 hari pada kain.
Para peneliti juga menyebutkan bahwa virus corona penyebab COVID-19 berhenti menginfeksi dalam 24 jam pada suhu 40 derajat Celcius, di beberapa permukaan. Mereka juga menyebut bahwa virus itu bisa terbunuh oleh sinar Ultraviolet (UV).
4. Virus Penyebab COVID-19 Bisa Bertahan 9 Jam di Kulit
Virus corona penyebab COVID-19 juga bisa bertahan di permukaan kulit manusia.
Ini ditemukan melalui penelitian di Jepang, yang meneliti virus penyebab COVID-19 pada sampel kulit manusia.
Namun, virus itu bisa dibunuh dengan pembersih tangan atau hand sanitizer.
Penelitian ini menguatkan teori bahwa membersihkan tangan dengan benar merupakan cara yang ampuh menahan virus penyebab COVID-19.
Baca Juga: 5 Tempat Ini Sangat Rentan Penularan COVID-19, Tetap Waspada Meski di Era 'New Normal'
5. Penelitian pada Obat Remdesivir
Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga baru-baru ini meneliti tentang obat remdesivir untuk penanganan pasien COVID-19.
Pada penelitian itu, WHO menjelaskan bahwa obat remdesivir tidak memiliki efek yang terlalu berpengaruh tingkat kematian atau lamanya perawatan di rumah sakit.
Penelitian WHO ini melibatkan pengujian pada 11.266 pasien COVID-19 di rumah sakit.
WHO juga meneliti beberapa obat lain seperti hidrosiklorokuin dan lopinavor atau ritonavir. Namun pengujiannya dihentikan pada Juni 2020 karena terbukti tidak efektif.
Baca Juga: Jadi Angin Segar, Ini 3 Kandidat Vaksin yang Disebut Bakal Tersedia di Indonesia Bulan Depan
(Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh)
Yuk, lihat video ini juga!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di www.gridstore.id/