Bobo.id - Ketika malam hari tiba, apakah teman-teman pernah melihat kunang-kunang yang beterbangan?
Meski di malam hari yang gelap, kita dapat dengan mudah melihat kunang-kunang, lo.
Hal ini disebabkan karena kunang-kunang bisa memancarkan cahaya dari bagian belakang tubuhnya.
Biasanya, kunang-kunang akan beterbangan d sekitar sawah atau kebun.
Baca Juga: Ini Contoh Tindakan yang Bisa Kita Lakukan untuk Ikut Menjaga Kelestarian Fauna
Namun saat ini kunang-kunang yang beterbangan sudah menjadi pemandangan yang sulit didapatkan, terutama di daerah perkotaan.
Ternyata hal ini berhubungan dengan wilayah perkotaan yang diterangi oleh berbagai cahaya dan adanya polusi cahaya, lo.
Wah, mengapa polusi cahaya di perkotaan bisa menyebabkan jumlah kunang-kunang semakin sedikit, bahkan bisa membuat punah, ya?
Cahaya Buatan Manusia Berpengaruh pada Proses Reproduksi Kunang-Kunang
Lampu sangat dibutuhkan sebagai penerangan pada malam hari, tidak hanya di rumah, tapi juga di jalan, untuk penerangan bagi para pengemudi kendaraan.
Sayangnya, lampu yang sangat terang dan banyak dipasang di jalan, terutama di perkotaan bisa mengganggu beberapa proses alami yang terjadi pada kunang-kunang.
Selain lampu jalan, penerangan lain yang bisa menjadi polusi cahaya adalah sinar lampu yang terang dari lampu pada papan iklan maupun pencahayaan yang bisa menyebar, atau disebut juga skyglow.
Bahkan cahaya dari skyglow ini lebih terang dari cahaya bulan purnama, lo.
Baca Juga: Ular Kobra Dijuluki Ular Sendok, Mengapa Kepala Ular Kobra Lebih Lebar dari Badannya?
Akibat adanya berbagai cahaya lampu yang menyebabkan polusi cahaya, maka hal ini bisa menjadi gangguan bagi siklus alami pada kunang-kunang.
Polusi cahaya bisa mengganggu proses reproduksi kunang-kunang.
Nah, karena proses reproduksi kunang-kunang terganggu, mereka tidak bisa menghasilkan larva yang akan tumbuh menjadi anak-anak kunang-kunang.
Kunang-Kunang Menggunakan Cahaya Tubuhnya untuk Mendapatkan Pasangan
Untuk bisa bereproduksi dan menghasilkan anak kunang-kunang, maka mereka harus mencari pasangan terlebiha dulu.
Dalam hal inilah cahaya di tubuh kunang-kunang punya penting, nih.
Saat mencari pasangan, kunang-kunang akan menggunakan cahaya di tubuhnya untuk menarik perhatian pasangan.
Sedangkan kalau lingkungan di sekitar kunang-kunang terlalu terang, maka kemampuan kunang-kunang untuk menarik pasangan menggunakan cahaya di tubuhnya akan terganggu.
Hal ini kemudian akan mengakibatkan kunang-kunang tidak bisa bereproduksi untuk menghasilkan larva.
Akibatnya, populasi kunang-kunang akan berkurang, bahkan bisa terancam punah.
Baca Juga: Mengapa Ikan Tidak Berkedip di Dalam Air dan Apakah Ikan Tidur dengan Mata Terbuka?
Selain Polusi Cahaya, Pestisida Juga Mengurangi Populasi Kunang-Kunang
Penyebab menurunnya populasi kunang-kunang hingga terancam punah ternyata bukan hanya polusi cahaya saja, teman-teman.
Penggunaan pestisida juga ikut berpengaruh pada menurunnya populasi kunang-kunang.
Misalnya saja pestisida yang disemprotkan untuk memperkuat pertumbuhan biji jagung dan kedelai di Amerika Serikat bisa menurunkan populasi kunang-kunang.
Penyebabnya adalah karena larva kunang-kunang hidup di bawah tanah atau air, yang berlangsung selama dua tahun.
Karena larva kunang-kunang berada di bawah tanah inilah, mereka akan bersentuhan dengan pestisida yang membuatnya mati.
Akibatnya, populasi kunang-kunang akan semakin berkurang. Inilah sebabnya, kita akan lebih banyak melihat kunang-kunang di daerah yang tidak banyak lampu, dibandingkan dengan di perkotaan.
Tonton video ini juga, yuk!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan Majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com