Bobo.id - Ada berbagai teks yang mungkin pernah teman-teman baca, seperti cerpen, dongeng, mitos, hingga fabel.
Teks atau bacaan ini terbagi atas dua jenis, yaitu cerita nyata dan cerita fiksi.
Apakah teman-teman tahu apa yang dimaksud dengan cerita fiksi?
Pengertian dan ciri-ciri cerita fiksi adalah materi untuk kelas 4, tema 8, subtema 1, yaitu Lingkungan dan Tempat Tinggalku.
Cari tahu pengertian, ciri-ciri dan contoh cerita fiksi, yuk!
Pengertian Cerita Fiksi
Cerita dapat dibagi dua, yaitu cerita nyata dan cerita fiksi.
Cerita fiksi merupakan cerita yang berdasarkan khayalan dari pengarang yang membuat cerita.
Ini artinya, kisah yang diceritakan pada cerita fiksi tidak benar-benar terjadi.
Namun cerita fiksi ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami sendiri oleh pengarang, dari cerita orang lain, maupun hal-hal yang dilihatnya sehari-hari.
Berbagai pengalaman ini kemudian diolah atau dibuat menjadi cerita yang menarik oleh pengarang.
Hal inilah yang membedakan antara cerita fiksi dengan cerita nyata, yaitu jika seorang penulis membuat cerita nyata, ini artinya ia menceritakan kembali hal yang dialaminya atau dilihatnya, dengan sebenar-benarnya.
Tujuan dari dibuatnya cerita fiksi adalah menghibur pembacanya, maupun memberikan nilai moral.
Ciri-Ciri Cerita Fiksi
Jika menemukan cerita nyata dan cerita fiksi, apakah teman-teman bisa membedakannya?
Nah, untuk bisa membedakan antara cerita nyata dan cerita fiksi, maka kita harus mengetahui ciri-ciri dari cerita fiksi.
1. Merupakan Khayalan Penulis atau Pengarang
Sesuai dengan jenisnya, cerita fiksi dituliskan berdasar khayalan dari pengarang atau penulis cerita.
Ini artinya, cerita tidak bersifat nyata.
Baca Juga: Jenis-Jenis Perpindahan Panas dan Contoh Peristiwa dalam Kehidupan Sehari-hari
2. Terdapat Kebenaran yang Tidak Nyata
Ciri-ciri ini berhubungan dengan ciri-ciri pertama dari cerita fiksi.
Karena cerita fiksi dibuat berdasarkan khayalan dari penulis, maka kebenaran dari cerita fiksi ini tidak ada.
Maka dari itu, cerita fiksi disebut juga memiliki kebenaran yang relatif, atau tidak mutlak, atau dapat disebut juga sebagai tidak nyata.
3. Menggunakan Bahasa Konotasi
Dalam menuliskan cerita fiksi, penulis akan menggunakan bahasa konotasi, atau bahasa yang sifatnya mengandung berbagai makna.
Dengan menggunakan bahasa yang sifatnya konotatif, maka arti dari cerita yang dituliskan bukanlah berarti sebenarnya.
Di balik kata-kata yang digunakan, masih terdapat arti yang sebenarnya dan ingin diungkapkan oleh penulis.
4. Cerita Fiksi Dibuat untuk Memengaruhi Emosi Pembaca
Cerita fiksi juga dibuat dengan tujuan untuk memengaruhi emosi dari pembacanya.
Ciri ini berhubungan dengan penulisan cerita fiksi yang menggunakan bahasa konotasi.
Cerita fiksi yang dituliskan dengan bahasa konotasi juga dapat ditulis dengan bahasa yang hiperbola, atau melebih-lebihkan.
Tujuan menuliskan cerita dengan bahasa yang bersifat konotatif dan hiperbola ini adalah untuk memengaruhi emosi pembaca, misalnya menjadi senang, sedih, bahkan menangis.
5. Bersifat Menghibur Pembaca
Ciri lain dari cerita fiksi adalah memiliki tujuan atau bersifat untuk menghibur pembaca.
Teman-teman masih ingat, buka, kalau cerita fiksi dituliskan dengan bahasa yang konotatif dan hiperbola?
Nah, hal ini disebabkan karena tujuan dari cerita fiksi bukan bertujuan untuk memberikan fakta kepada pembaca.
Namun cerita fiksi bertujuan untuk menghibur pembacanya.
Contoh Cerita Fiksi
Setelah mengetahui pengertian dan ciri-ciri cerita fiksi, teman-teman tentu bisa menyebutkan beberapa contoh cerita fiksi, bukan?
Beberapa contoh cerita fiksi adalah sebagai berikut:
- Dongeng.
- Mitos.
- Cerita rakyat.
- Fabel.
- Cerpen.
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com