Menurut sebuah catatan sejarah, tarian ini dulunya dilakukan oleh penari laki-laki yang didandani seperti perempuan atau disebut juga tarian Gandrung Lanang.
Untuk musik pengirinya, menurut laporan Scholte (1927), digunakan instrumen utama kendang dan tidak jarang ada alunan biola yang ikut dimainkan.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1890-an tarian gandrung lanang ini mulai berkurang peminatnya hingga akhirnya hilang.
Lalu munculah tarian Gandrung Semi yang ditarikan oleh perempuan.
Nama tarian ini diambil dari nama seorang anak kecil perempuan yang saat itu berusia 10 tahun pada 1895.
Anak kecil tersebut bernama Semi yang ternyata memiliki penyakit parah.
Baca Juga: Penjelasan Lengkap Tentang Pengertian, Unsur-Unsur, dan Contoh Seni Tari di Indonesia
Keluarga Semi sudah pernah mencoba membawanya berobat di banyak tempat, namun tidak kunjung sembuh.
Karena tidak kunjung sembuh, ibu Semi yang bernama Mak Midhah membuat sebuah janji yang berbunyi "Khadung sira waras, sun dhedekake Seblang, kadhung sing yo sing".
Janji itu memiliki arti 'Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi'.
Setelah janji itu dibuat, ternyata Semi berhasil sembuh dari penyakitnya.
Ia pun dijadikan Seblang atau penari Gandrung yang akhirnya mulailah Tari Gandrung dimainkan oleh perempuan.
Dari situlah Tari Gandrung mulai dimainkan lagi dan menjadi ikon dari Kabupaten Banyuwangi.
Makna Tari Gandrung
Tari Gandrung yang merupakan tarian khas dari Banyuwangi tentunya memiliki arti atau makna tersendiri saat dimainkan.
Seperti penjelasan sebelumnya, tarian ini biasa ditarikan saat merayakan panen raya.
Bukan tanpa alasan, Tari Gandrung dibuat untuk menunjukan rasa syukur masyarakat terhadap hal yang diperoleh.