Sejarah Upacara Adat Keduk Beji
Menurut legenda, bahwa pada abad ke-15 di daerah Padas (yang saat ini disebut Kasreman), seorang pengembara bernama Ki Ageng Metawun menemukan sendang.
Ki Ageng memiliki dua putera, yaitu Seconegoro dan Ludrojoyo.
Seconegoro ketika dewasa menjadi senopati Mataram, sedangkan Ludrojoyo tinggal di desa dan mempedulikan nasib petani.
Para petani merasa kekurangan air karena sendang berada di posisi yang lebih rendah.
Akhirnya pada hari Kamis Kliwon, Ludrojoyo bertapa dengan cara merendam diri di dalam air di sendang.
Baca Juga: Upacara Adat Jawa Timur Kasada Bromo: Sejarah, Tujuan, dan Ritual
Namun, ketika tengah malam terjadilah suasana yang menyeramkan. Cahaya bulan tiba-tiba tertutup awan tebal dan terdengar suara ledakan yang keras.
Ketika warga masyarakat datang berbondong-bondong ke Sendang Beji, Raden Ludrojoyo sudah tidak ada di tempatnya. Ia menghilang.
Bersamaan dengan kejadian tersebut, sendang juga berpindah posisi ke daerah yang lebih tinggi.
Setelah warga masyarakat menguras air di sendang tersebut, mereka masih tidak bisa menemukan Raden Ludrojoyo.
Oleh karena itu, hingga saat ini warga masyarakat Kasreman menghormati peristiwa tersebut dengan mengadakan tradisi Keduk Beji.