Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda Bisa Berbeda Meski dalam Satu Pulau, Ini Penjelasannya

By Niken Bestari, Selasa, 28 Desember 2021 | 15:45 WIB
Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda bisa sangat berbeda karena persaingan leluhur Suku Jawa dan Suku Sunda pada zaman dulu. (Pixabay.com/Mas Bebet)

Bobo.id - Indonesia memiliki keragaman budaya yang unik

Keragaman pada budaya Indonesia ini disebabkan oleh banyaknya perbedaan suku, sejarah, hingga interaksi sosial pada masyarakat kuno dulu.

Keragaman ini juga ada di Pulau Jawa. Pernahkah teman-teman penasaran mengapa masyarakat di Jawa Tengah dan Jawa Timur umumnya menggunakan Bahasa Jawa, sedangkan masyarakat di daerah Jawa Barat umumnya menggunakan Bahasa Sunda?

Bahasa Jawa dan bahasa Sunda pun sangat berbeda. Orang yang sehari-hari menggunakan Bahasa Jawa umumnya tidak fasih dengan bahasa Sunda, begitu pun sebaliknya.

Padahal, sama-sama berasal dari satu Pulau Jawa, lalu mengapa bahasa Jawa dan Sunda sangat berbeda?

Untuk mengetahui alasan dan asal-usulnya, simak artikel ini lebih lanjut, yuk!

Baca Juga: 10 Contoh Peribahasa Jawa, Lengkap Beserta Arti dalam Bahasa Indonesia

Perbedaan Leluhur Suku Jawa dan Sunda

Kalau teman-teman cermati, sebagian besar masyarakat di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Tengah (Jateng), menggunakan bahasa Jawa.

Meski logat atau dialeknya berbeda, secara umum, orang Jateng dan Jatim bisa saling memahami. Namun, akan berbeda kalau berada di Jawa Barat (Jabar).

Walau berada di pulau yang sama, sebagian besar orang Jabar memakai Bahasa Sunda, yang cukup jauh berbeda dengan Bahasa Jawa.

Padahal, tidak ada batas wilayah atau geografi yang kontras antara wilayah Jabar dengan Jateng, lo.

Lantas, apa penyebab perbedaan bahasa yang kontras ini?

Ternyata, hal ini disebabkan leluhur orang Jawa dan Sunda itu berbeda, lo. Orang yang tinggal di Jabar umumnya adalah keturunan leluhur dari suku Sunda, yang berbeda dari suku Jawa di Jateng atau Jatim.

Orang Jabar didominasi oleh Suku Sunda yang memiliki leluhur yang disebut sebagai Tatar Pasundan.

Penjelajah dari Portugal, Tome Pires, menyebutkan di catatan berjudul Suma Oriental pada abad ke-16.

Tome Pires menyebut leluhur Suku Sunda sebagai masyarakat dengan jiwa melaut tinggi dan pemberani.

Baca Juga: Contoh Peribahasa Sunda, Lengkap Beserta Artinya dalam Bahasa Indonesia

Sedangkan suku Jawa disebut sebagai sebagai suku yang memiliki keterampilan berburu yang tinggi dan pekerja keras.

Tome Pires menyebut bahwa suku Sunda ini dulunya tidak akrab dengan suku Jawa, lo.

Walau suku Sunda dan suku Jawa ini saling mengenal dan melakukan perdagangan bersama-sama, mereka diam-diam adalah saingan satu sama lain.

Persaingan ketat dalam hal perdagangan ini membuat asimilasi bahasa sama sekali tidak terjadi antara Jawa dengan Sunda.

Asimilasi adalah peleburan satu budaya asli dengan budaya asing yang membentuk kebudayaan baru.

Karena tidak ada asimilasi Bahasa Jawa dan Sunda, perbedaan bahasa pun akhirnya bertahan hingga ke keturunan-keturunannya di zaman modern.

Masih ada Perpaduan Jawa dan Sunda, kok!

Meski begitu, di beberapa wilayah di Jateng yang masyarakatnya menggunakan Bahasa Sunda.

Bahkan, ada beberapa tempat di Jateng dan Jatim yang menggunakan Bahasa Sunda. Contohnya, Dieng di Jateng dan Jatim yang berasal dari bahasa Sunda kuno “Dhiyang".

Baca Juga: Contoh Pantun Lucu Jawa dengan Tema Anak-Anak Beserta Artinya

Saat Mataram Islam menjadi penguasa di Pulau Jawa, bahasa Jawa juga memengaruhi bahasa Sunda.

Sebagaimana bahasa Jawa, bahasa Sunda pun mulai mengenal tingkatan kesopanan.

Sekarang, Suku Jawa dan Suku Sunda tak lagi saling bersaing, lo. Kita harus saling menghormati karena perbedaan budaya justru adalah bukti kekayaan sejarah pada bangsa kita.

Bahkan, masyarakat Brebes dan Cirebon, banyak yang bisa menggunakan bahasa Jawa ataupun Sunda.

 

Tonton video ini juga, yuk!

 

----

Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.

Sumber : Shifah Nur Zakiyah. Korespondensi Fonemis Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa. Universitas Padjajaran. Jurnal Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Ide bahasa Vol. 2 No. 2 Desember 2020.