"Hamba mengerti, Tuanku," jawab Panglima bersemangat. Esok harinya prajurit Titian Sijenjang tidak lagi melepaskan anak panah. Prajurit Lubuk Dalam mengira mereka sudah lemah. Prajurit Lubuk Dalam serentak maju.
Tiba-tiba berhamburan buah jambe menyerang mereka. Mereka pun menjadi kalang kabut. Dengan kepala benjol mereka mundur. Demikian berulang kali terjadi. Serangan prajurit Lubuk Dalam disambut dengan lontaran buah jambe. Ribuan jumlahnya. Hampir tidak ada prajurit Lubuk Dalam yang tidak benjol.
Pertempuran masih berlanjut lama. Buah jambe seakan tidak pernah habis. Prajurit Titian Sijenjang memang hanya memetik jambe yang tua. Yang muda ditinggalkan. Sementara jambe yang tua dilontarkan, yang muda akan menjadi tua. Demikian seterusnya. Prajurit Titian Sijenjang tidak pernah kehabisan buah jambe.
Baca Juga: Sejak Kapan Kisah Dongeng Ada dan Dikenal Dunia? Yuk, Cari Tahu! #MendongenguntukCerdas
Akhirnya, prajurit Lubuk Dalam kehabisan tenaga dan mundur. Rakyat Kerajaan Titian Sijenjang bersorak gembira.
"Wahai rakyatku! Kemenangan ini kita dapat berkat buah jambe yang melimpah di wilayah kita. Buah jambe telah menyelamatkan kerajaan. Oleh karena itu, sejak saat ini wilayah kita ini akan kuberi nama Jambi!"
"Hidup Baginda! Hidup Jambi!" Rakyat menyambut gembira perubahan nama kerajaan menjadi Jambi. Sampai sekarang daerah ini disebut Jambi.
#MendongenguntukCerdas
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.