Bobo.id - Nyepi adalah salah satu perayaan agama Hindu dan merupakan perayaan pergantian Tahun Saka.
Tahun ini Nyepi jatuh pada Kamis (3/3/2022) dan pawai ogoh-ogoh menjadi prosesi yang banyak menarik wisatawan.
Dalam perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944, masyarakat Bali melakukan ritual seperti biasa setiap tahunnya termasuk pawai ogoh-ogoh.
Sebelum pawai dilakukan, masyarakat Bali akan melakukan upacara Ngerupuk atau Pengerupukan satu hari sebelum Hari Raya Nyepi.
Upacara ini dilakukan untuk memberikan persembahan kepada Bhuta Kala dengan tujuan mengusir Bhuta Kala agar tidak menganggu kehidupan manusia saat proses Nyepi dilakukan.
Ritual itu dilakukan dengan mengobori rumah, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, lalu memukul berbagai benda hingga gaduh.
Setelah ritual ini selesai, maka akan dilanjutkan dengan pawai ogoh-ogoh yang diarak bersama obor di jalanan sekitar tempat tinggal warga.
Makna Ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh dalam tradisi Nyepi merupakan patung dari bahan ringan yang berbentuk wajah raksasa.
Baca Juga: Sebelum dan Sesudah Nyepi, Ada Berbagai Prosesi yang Dilakukan, lo!
Wajah raksasa tersebut merupakan simbol dari Sang Butha alias setan.
Namun, wujud ogoh-ogoh dapat ditafsirkan secara bebas.
Ada yang membuatnya sebagai wujud raksasa perkasa, raksasa kemayu atau raksasi, atau raksasa setengah binatang.
Butha adalah simbol jahat yang harus diperangi dari semesta, sekaligus keinginan jahat dalam diri manusia.
Walau sebenarnya ritual pembersihan alam cukup dilakukan dengan sesajen dan doa dari pemuka agama, namun ritual ogoh-ogoh tetap dilakukan.
Masyarakat Bali merasa lebih nyaman dengan adanya visualisasi simbol jahat tersebut.
Pada awalnya ogoh-ogoh dibuat dari jerami yang dibalut kertas.
Namun seiring berkembangnya zaman, ide pembuatan patung ogoh-ogoh menjadi lebih beragam.
Materi yang digunakan dalam pembuatan ogoh-ogoh pun menjadi lebih bervariasi.
Baca Juga: Apakah Bandara I Gusti Ngurah Rai Tetap Beroperasi Saat Nyepi?
Sudah Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu
Ogoh-ogoh bukanlah hal yang baru, namun sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu, tepatnya pada zaman Dalem Balingkang.
Meski begitu, ogoh-ogoh disebut baru benar-benar membumi pada 1990 saat dijadikan lomba pada Pesta Kesenian Bali.
Pada masa itu, ogoh-ogoh dipakai untuk kelengkapan Upacara Pitra Yadnya.
Pitra Yadnya adalah ritual umat Hindu yang dimaksudkan untuk menunjukkan rasa bakti kepada orang tua dan leluhur, seperti Upacara Ngaben.
Pawai Ogoh-ogoh
Pawai ogoh-ogoh biasa diadakan pada malam hari sebelum perayaan Hari Raya Nyepi di Bali.
Pada malam tersebut, Bali akan menjadi meriah dengan banyaknya kegaduhan yang dibuat masyarakat.
Kegaduhan tersebut dibuat bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat di sekitar tempat tinggal manusia.
Baca Juga: Hari Raya Nyepi, Pergantian Tahun yang Tenang
Setelah suara gaduh dilakukan, maka ogoh-ogoh yang berupa patung raksasa akan diarak ke beberapa jalanan sekitar tempat tinggal warga.
Ogah-ogoh ini akan diangkat oleh para pemuda yang menggunakan kaos seragam.
Bukan hanya satu ogoh-ogoh, ada banyak pawai ogoh-ogoh yang dilakukan di berbagai tempat.
Tentunya bentuk dan ukuran ogoh-ogoh bisa berbeda-beda setiap daerahnya.
Setelah pawai selesai, ogoh-ogoh harus dibakar yang merupakan simbol pembasmian roh-roh jahat.
Itu tadi makna dan proses perayaan pawai ogoh-ogoh yang terkenal di Bali sebelum perayaan Hari Raya Nyepi dilakukan.
Foto: Creative Commons/Ridwan pictures
(Penulis: Desi Intan Sari/Amirul Nisa)
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.