Bobo.id - Sebagai negara maritim yang terletak di jalur cincin api Pasifik, Indonesia rawan akan bencana alam berupa gelombang tsunami.
Cincin Api adalah sebuah jalur berbentuk tapal atau sepatu kuda yang terdiri dari lebih dari 450 gunung berapi di tepi Samudra Pasifik.
Jalur Cincin Api terbentang sepanjang 40.000 kilometer dan 80% gempa bumi di dunia terjadi di wilayah ini, lo.
Tsunami bisa ditimbulkan oleh sejumlah faktor, seperti gempa bumi besar yang bersumber di bawah permukaan laut atau letusan gunung berapi yang lokasinya ada di bawah laut.
Tsunami adalah serangkaian gelombang laut yang mengirimkan gelombang air ke daratan, biasanya bisa mencapai ketinggian 30 meter.
Untuk mengurangi dampak tsunami, pemerintah pun melakukan beragam upaya pencegahan dan rencana mitigasi.
Salah satunya dengan memasang alarm tsunami di sejumlah titik yang rawan terhadap bencana tsunami.
BMKG Siapkan Alarm Tsunami
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan, BMKG telah memasang 66 unit alarm tsunami di sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca Juga: Bisa Terlihat Indah Sekaligus Berbahaya, Ternyata Beginilah Cara Ombak Terbentuk
Daryono menyampaikan pada Kompas.com pada Minggu (27/2/2022), 66 unit alarm tersebut terdiri dari 34 unit sirene tsunami utama dan 32 unit sirene tsunami rekayasa.
Untuk lokasinya, Daryono mengatakan ada di titik-titik rawan yang dihuni oleh banyak penduduk.
Lokasinya mencakup pantai padat (penduduk) rawan tsunami di Indonesia. (Misalnya di pulau Jawa seperti pantai Anyer, Cilacap, Pangandaran, Parangtritis, Kulonprogo, Pacitan, Trenggalek, Banyuwangi.
Selain pantai-pantai di Pulau Jawa, sirene sejenis juga dipasang di sejumlah titik di Pulau Sumatera.
Fungsi Sirene pada Alarm Tsunami
Adapun bunyi siriene tersebut bisa menjangkau jarak hingga 2 km, khusus untuk sirene utama. Sementara pada sirene rekayasa 1 sampai 1,5 km.
Jika suatu saat masyarakat mendengan sirene itu berbunyi, maka diminta untuk segera melakukan evakuasi diri dan menuju tempat yang lebih aman.
Daryono menjelaskan, sirene itu sesungguhnya bukan merupakan peringatan dini tsunami, melainkan perintah evakuasi.
Daryono menambahkan agar masyarakat tidak lagi perlu bertanya 'ada apa ini, apa itu, apa yg terjadi' jika sirene berbunyi, masyarakat harus segera tinggalkan pantai.
Baca Juga: Benarkah Air Laut yang Meningkat Dapat Sebabkan Ombak yang Lebih Kuat? Ini Penjelasannya
Dengan demikian, ketika sirene berbunyi, tidak ada estimasi waktu yang bisa disampaikan kapan bahaya akan terjadi, atau berapa lama masyarakat memiliki waktu untuk bergegas pergi.
Jadi, kapan pun sirene tsunami berbunyi, khususnya setelah terjadi gempa atau erupsi gunung api bawah laut, pastikan segera menjauh dari area pantai.
Kemudian menuju ke tempat yang lebih aman, misalnya dataran yang lebih tinggi, atau yang jauh dari bibir pantai.
BMKG menyebut, alat-alat itu selalu diuji coba setiap bulannya, tepatnya setiap tanggal 26, untuk memastikan alarm masih berfungsi dengan baik.
Saat uji coba dilakukan, akan ada pengumuman yang disampaikan dengan narasi sebagai berikut:
"Ini merupakan tes untuk sistem peringatan dini. Ini hanya tes".
(Penulis : Luthfia Ayu Azanella, Grace Eirin)
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.