Secara keseluruhan, pembangunan kompleks olahraga Senayan ini menelan biaya hingga 12,5 juta dolar AS.
Selain GBK, Presiden Soekarno memerintah pembangunan Monas pada tanggal 17 Agustus tahun 1961, teman-teman.
Proyek Monumen Nasional ini dirancang oleh tiga arsitek Indonesia, yakni Soedarsono, Frederich Silaban, dan Ir. Soekarno.
Soekarno ingin Monumen Nasional berada tepat di depan Istana Merdeka sebagai simbol perjuangan rakyat.
Akhirnya Monumen Nasional atau Monas ini dibangun di Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
Pengerjaannya melalui tiga tahap, pertama pada 1961-1965, kedua periode 1966-1968 serta tahap ketiga pada 1969-1976.
Kekurangan Demokrasi Terpimpin
Demokrasi terpimpin di Indonesia dijalankan berdasarkan sila keempat Pancasila, yakni: "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan."
Sayangnya, saat demokrasi terpimpin diberlakukan, Presiden Soekarno tidak menafsirkan Pancasila secara utuh.
Menurut penafsiran Presiden Soekarno, terpimpin memiliki arti pimpinan terletak di tangan pemimpin besar revolusi.
Hal inilah yang kemudian membuat peran presiden sangat besar dan mengarah pada perilaku otoriter.
Baca Juga: Macam-Macam Demokrasi yang Pernah Digunakan di Indonesia dan Masa Berlakunya