Belanda menjadikan benteng Fort de Kock di bukit tinggi dan Benteng Fort van der Cappelen menjadi benteng pertahanannya.
Penerapan sistem pertahanan benteng stelsel oleh Belanda ternyata berhasil menuai kemenangan yang ditandai dengan jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837.
Kemudian Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Priangan, Ambon, dan Manado.
Perang Padri pun dianggap selesai dengan kemenangan jatuh ke pihak Kolonial Belanda, sementara Tuanku Tambusai bersama sisa-sisa pengikutnya terpaksa pindah ke Negeri Sembilan di Semenanjung Malaya.
Kerajaan Pagaruyung akhirnya menjadi bagian Pax Netherlandica di bawah kendali Hindia Belanda.
Penyebab kegagalan Perang Padri adalah kurangnya senjata, senjata yang kurang modern, dan kurangnya pasukan.
2. Perang Saparua di Ambon
Perang Saparua merupakan bentuk perlawanan rayat Ambon terhadap pemerintahan Hindia Belanda di Ambon saat itu.
Rakyat Ambon dipimpin oleh Thomas Matulesi atau yang kita kenal dengan nama Kapten Pattimura.
Selain itu juga ada pahlawan wanita Indonesia yang juga ikut berperang bersama Pattimura yaitu Cristina Martha Tiahahu.
Akan tetapi, perlawanan Pattimura bisa diatasi oleh Hindia Belanda dengan datangnya pasukan pembantu dari Jakarta.
Baca Juga: Penyebab dan Latar Belakang Perlawanan Rakyat Maluku pada Masa Penjajahan, Materi PPKn